Pembakaran Pesantren Syiah Di Madura

MUI Jatim: Syiah di Madura Seperti Bom Waktu

Rumah ibadah dibakar di Kuantan Singingi, Riau, terkait pilkada
Sumber :
  • Antara/ Ibor

VIVAnews - Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur, KH Abdusshomad Buchori menyebut peristiwa pembakaran musala dan rumah penganut Syiah di Dusun Nangkrenang, Sampang, Madura, Jawa Timur sebagai bom waktu yang telah meledak.

Pihaknya menyarankan agar pengikut kelompok itu dilokalisir atau dipindahkan ke tempat khusus. Selain untuk menghindari konflik berkepanjangan, juga karena kelompok itu mempunyai keyakinan berbeda yang mudah menyulut kemarahan warga.

"Konflik itu akan terus terjadi, jalan keluarnya kelompok itu harus dipindah," kata KH Abdusshomad Buchori saat dihubungi VIVAnews.com, Kamis, 29 Desember 2011.

Menurutnya, sudah sejak lama warga Madura menginginkan agar penganut Syiah hijrah, tidak berdiam di sana. "Mengembangkan Syiah di Madura memang berat dibandingkan dengan daerah lain. Sebab, mayoritas warga tidak menyetujuinya," katanya.

Setelah 5 Tahun DAY6 Balik Lagi ke Jakarta Ikut Saranghaeyo Indonesia 2024

Selama Syiah masih ada di Sampang, kata Abdusshomad, maka akan terus menimbulkan masalah. "Sebaiknya, Syiah yang tahu diri," imbuhnya.

Abdusshomad menuturkan, paham Syiah di Indonesia tidak berkembang besar. Sebab, katanya, kalau Syiah kuat ada kemungkinan akan merebut kekuasaan. Kekuasaan, ditambahkannya, memang menjadi program dan paham Syiah di seluruh dunia.

"Seperti yang terjadi di Iran. Disana Syiah dan Sunni sama-sama besar sehingga sering terjadi konflik," urainya.

Sebelumnya, MUI Jatim telah mengeluarkan saran kepada pemerintah dan masyarakat agar mewaspadai keberadaan Syiah.

"Sebaiknya penganut Syiah dilokalisir saja. Tidak bermasyarakat dengan warga lain yang berpaham beda. Dan ini menjadi tugas pemerintah," tegasnya.

Terhadap aksi pembakaran, MUI Jatim menginstruksikan MUI Sampang turun ke lokasi peristiwa mengupayakan suasana kondusif. Perwakilan MUI Jatim yang rumahnya di Madura juga diperintahkan meninjau lokasi guna ikut meredam provokasi yang mungkin akan muncul kembali.

Disinggung mengenai, adanya perbedaan paham. Seperti diantaranya, sistem ibadah yang berbeda, penerimaan nikah mut’ah (kontrak), dan adzan yang ditambah. "Adzan mereka itu ditambahi dengan kalimat ‘hayya ala khoiril amal’ dan ‘ashanu an aliyyan waliyullah’. Bagi masyarakat non Syiah, sudah tentu ini melenceng," ujar Shomad.

Aliran Syiah juga ada bermacam-macam. Mulai yang ekstrim, sampai yang hampir menyerupai Sunni. Di Jatim, mereka tersebar di Bangil, Pasuruan, Bondowoso, Madura, dan beberapa di daerah timur Jatim.

Apakah MUI Jatim mengeluarkan fatwa sesat untuk Syiah? Shomad menandaskan, selama ini MUI belum pernah mengeluarkan fatwa tersebut.

"Yang berwenang pemerintah pusat. Kami di Jatim hanya sekedar menyampaikan pertimbangan. Ya seperti nasehat sebaiknya mewaspadai
Syiah ini," ujar dia. (eh)

Laporan : Tudji Martudji | Surabaya

Ketua MUI Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh.

MUI Harap Idul Fitri 1 Syawal 1445 H Jadi Momentum Rekonsiliasi Nasional

Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan bahwa Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1445 H tahun ini bisa jadi momentum kebersamaan umat muslim di Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
9 April 2024