Warung Makan Pak Sadiman

Bertahan dengan Arang dan Daun Pisang

SURABAYA POST -- Puluhan orang antre. Sebagian malah berdiri karena tak kebagian tempat duduk. Mobil dan motor berjajar di kanan dan kiri jalan.

Suasana seperti itu terlihat tiap hari menjelang malam di ujung Jalan Rajawali Kota Bojonegoro. Bukan kafe mewah atau rumah makan yang menyajikan masakan Eropa, melainkan hanya warung templek lengkap dengan gerobak dorong. Masakan yang dijual pun bukan makanan Barat yang dianggap ”keren” burger atau steak, tetapi cuma nasi dan mi goreng serta mi rebus.

Meski begitu, warung templek ini tak kalah terkenal dari restoran mewah di Bojonegoro. Banyak orang menyebut warung milik Pak Sadimun (54) itu Warung Nasi Goreng Tungku Arang.

Apa yang membuat warung ini istimewa bagi pelanggannya? ”Sejak saya mendirikan warung ini sekitar tahun 1980-an, saya tidak pernah menggunakan minyak tanah atau elpiji,” kata Pak Sadimun.

Untuk menjaga cita rasa, Pak Sadimun setia menggunakan arang untuk memasak. Dalam semalam warung di Jalan Rajawali ini bisa menghabiskan sampai delapan kilogram arang kayu. ”Arang semakin susah dicari, harganya juga sudah mahal,” jelas Pak Sadimun. Harga arang di pasar saat ini mencapai Rp 2.500 per kilogram.”Demi kepuasan pelanggan, saya tetap memakai arang,” katanya.

Tempat penggorengannya pun bukan wajan yang terbuat dari baja atau sejenisnya. Pak Sadimun tetap setia menggunakan nanangan (semacam wajan terbuat dari tanah). Daging ayam yang digunakan sebagai lauk adalah ayam kampung, bukan daging ayam potong seperti warung kebanyakan.

Malam bertambah larut, warung semakin ramai. Sebagian dari yang antre, memesan masakan Pak Sadimun untuk dibawa pulang. Tidak terlihat tumpukan kertas minyak yang kini lazim dipakai untuk membungkus makanan. Yang terlihat adalah tumpukan daun pisang yang sudah dipotong-potong persegi empat. Pak Sadimun memang pantang menggunakan kertas untuk membungkus makanan.

Sudah hampir tiga dekade warung tersebut berdiri dan memuaskan pelanggan. Entah berapa dekade lagi arang, nanangan, dan daun pisang tetap menjadi ciri khas yang menimbulkan rasa alami masakan Pak Sadimun. ”Semoga tidak ada yang berubah dengan warung ini,” harap Ari, salah seorang pelanggan yang ikut antre malam itu. * 

Laporan: Gatot Rianto

5 Orang jadi Tersangka Baru Korupsi Timah, Siapa Saja Mereka?
Ilustrasi resesi ekonomi/ekonomi global

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menyebut, risiko RI masuk ke jurang resesi masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024