Hang Out Ala Jamaah Haji

VIVAnews -- Mabit makna asalnya menginap, tapi tidak harus tidur. Keberadaan seseorang di suatu tempat sudah disebut dengan mabit. Mabit di Mina, sebagai salah satu rukun haji, berarti mensyaratkan seseorang berada di Mina pada waktu yang ditentukan.

Karena maknanya "bermalam" sebagian ulama mengartikan bahwa paling tidak jemaah sebelum magrib harus sudah berada di Mina hingga tengah malam. Tengah malam dimaknai hingga pukul 00.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Maka, definisi mabit berarti berada di Mina minimal dari waktu sebelum magrib hingga pukul 00.00 WAS.

Pada praktiknya, jemaah haji berada di Mina sejak mereka datang dari Muzdalifah, Jumat 27 November 2009  dini hari, selepas melaksanakan wukuf di Arafah. Oleh karena itu, sebagian jemaah berada di Mina sepanjang siang dan malam.

Memang sejumlah jemaah tidak tinggal di Mina sepanjang siang dan malam, terutama jemaah yang tinggal di wilayah Syisha dan Aziziah, karena wilayah ini dekat dengan Jamarat. Namun mereka harus kembali ke Mina sebelum magrib dan boleh kembali ke pemondokan setelah lewat pukul 00.00 WIB.

Konsekuensi jemaah yang tidak tinggal di maktab di Mina, mereka tidak mendapatkan jatah makan sehari tiga kali serta tidak mendapatkan minum dan buah-buahan sebagaimana jemaah yang tinggal di maktab Mina. Sebab, Muassasah memberikan jatah katering di Mina, bukan di pemondokan. Dengan demikian, jemaah tersebut harus mencari makan dan minum secara mandiri.

Kalaupun tinggal di perumahan di Mekah, kadang mereka tinggal sendirian. Maksudnya, tidak seluruh rombongan atau regu tinggal di pemondokan. Itulah sebabnya kadang kunci kamar terbawa jemaah yang lain, sehingga jemaah tersebut tidak masuk kamar.

Kalaupun bisa masuk kamar, persediaan air di pemondokan kadang habis. Dengan tinggal di maktab di Mina, jemaah justru lebih menghayati prosesi mabit dan lontar Jamarat yang dilaksanakan secara bersama-sama di Mina.

Lalu apa yang dilakukan jemaah di Mina saat mabit? Tak ada yang harus dilakukan jemaah saat mabit di Mina. Keberadaannya di Mina itulah yang disebut dengan mabit. Bahkan dapat dikatakan, mabit di Mina tak ubahnya hang out ala haji. Jemaah nongkrong di lembah yang diapit beberapa gunung.

Memang, nongkrong bersama para sahabat sekloter atau dari kloter yang berbeda sah. Mereka bisa membawa makanan, kopi atau teh selama di lembah Mina. Namun, alangkah sayangnya jemaah tersebut menghabiskan bermalam di Mina tanpa menikmati keutamaan mabit.

Sebab, saat mabit adalah waktu yang mustajabah untuk berdoa. Maka mabit di Mina yang mendapatkan keutamaan adalah jemaah yang memanfaatkan malam dengan bertakbir, bertahmid, bertasbih, bertahlil, dan berzikir lainnya, disertai doa.

Pada kenyataannya, jemaah lebih banyak berjalan-jalan di sepanjang lorong di maktab untuk menemui saudara atau handai tolan. Sebab, saat di Mina, tempat tinggal jemaah satu dengan jemaah lainnya relatif dekat. Mereka banyak yang bersilaturahmi dengan jemaah yang lain.

Sebagian jemaah memilih berjalan-jalan di sepanjang jalan di Mina. Sebab, saat malam berbagai pedagang bermuculan di sepanjang gang. Aneka tasbih terbuat dari kayu koka yang dapat menghasilkan aroma harum saat digosok merupakan salah satu pilihan.

Sebagian jemaah pencinta batu mulia dapat memilih berbagai jenis virus, safir, giok, dan berbagai macam batu mulia dari seluruh dunia, baik yang sudah dalam bentuk cincin maupun masih lepas dari ikatannya.

Saat berada di Mina para pedagang yang berasal dari Rusia atau negara-negara bekas pecahan Uni Soviet bermunculan. Aneka macam barang elektronik yang selama ini dikenal sebagai benda yang bernilai tinggi dijual dengan harga murah. Para pedagang dari bekas Uni Soviet misalnya menjual kamera, jam tangan, teropong, dan berbagai barang elektronik lainnya.

Maka, situasi mabit di Mina tak ubahnya bazar atau pasar malam bertaraf internasional yang bernuansa Islami. Itulah saat hang out Islami khas jemaah haji. Daripada tidur berdeskan di maktab, mereka lebih nyaman nongkrong di Mina secara out door. (sumber: depag.go.id)

Sukses Gelar MotoGP, Sirkuit Mandalika Jadi Magnet Pariwisata Olahraga
Badak Taman Nasional Ujung Kulon

Ironi Perburuan Badak Jawa di Kawasan Konservasi Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 280 Juta

Di lahan konservasi tersebut, badak Jawa yang dilindungi itu jadi target perburuan liar dan cula nya dijual ke Jakarta secara ilegal dengan nilai ratusan juta rupiah.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024