Brandgang Jl. Tumapel Akhirnya Dibongkar

SURABAYA POST -- Selasa (15/12) pagi sekitar pukul 07.00. Suasana di Jl. Tumapel terlihat ramai lagi. Petugas Satpol PP, polisi, polisi militer, provost TNI-AL dan TNI-AU menggelar apel bersama di jalan itu. Apel dipimpin Plt Kasatpol PP Pemkot Surabaya, Drs Arief Budiarto.

Arief memberikan pengarahan kepada petugas keamanan di sana. Saat berbicara dia mengatakan, pemerintah Kota Surabaya tetap membongkar rumah di atas brandgang mobil kebakaran maupun brandgang jalan inspeksi saluran di Jl. Tumapel.

Pada saat yang sama keluarga besar almarhum Rakeman, seperti Ny Suliah dan saudaranya yang menghuni brandgang di Jl. Tumapel 8A masih terlihat tenang. Mereka belum mengeluarkan parabotan rumah dari dalam rumah petaknya meskipun telah diperintahkan sebelumnya. Mereka duduk di depan rumah sambil melihat petugas apel.

Tapi begitu apel selesai dan Kasatpol PP memerintahkan agar bangunan di atas brandgang dibongkar suasana berubah histeris dan gaduh saat petugas Satpol PP dan tukang mulai menghancurkan rumah di Jl. Tumapel 8A.

Pemred tvOnenews.com, Jurnalis Pertama Indonesia Peraih Six Star World Marathon

Hujan tangis turun dari anak dan cucu Rakeman melihat rumahnya dirobohkan. Mereka tidak segera mengemasi perabot rumah seperti televisi, bak mandi, pakaian, meja kursi, almari dan lainnya, tapi justru mengumpat Arif Budiarto.

“Mana Pak Arief. Nek omahku dibongkar, kabeh kudu dibongkar. Ayo, Pak Arief, saiki bongkaren bangunan omahe wong sugih-sugih, iki sing No. 6A. Ayo buktekno, ojo ngenteni engkok-engkok. Pokok saiki kudu dibongkar (Kalau rumahku dibongkar, semua rumah di atas brandgang harus dibongkar. Ayo Pak Arief sekarang bongkar rumahnya orang-orang kaya, ini rumah No. 6A. Ayo buktikan, jangan menunggu nanti-nanti. Pokoknya sekarang harus dibongkar),” teriak Ny Suliah, mengungkapkan kemarahannya, kepada Kepala Satpol PP, Arief Budiarto.

Tangis Suliah diikuti adiknya, Sumi, dan sejumlah keponakannya. Mereka menggeret Arif menuju rumah di Jl. Tumapel No. 6A. Ny. Sumi meminta agar bangunan di Jl. Tumapel No.6A yang dihuni Ny Monica ikut diratakan dengan tanah.

“Ayo Pak, reneo, nang omah No. 6A. Iki yo, nggawe brandgang, kok omahku thok sing dirobohno, sampeyan iki gak adil. (Ayo Pak ke sini ke rumah No. 6A. Ini juga menggunakan brandgang, kok rumah saya saja yang dirobohkan, Bapak ini tidak adil),” ungkap Ny Sumi. Ibu empat anak ini sambil memegangi anaknya yang masih TK lari menuju rumah di Jl. Tumapel No. 6A. Dia berjalan sambil menuding-nuding wajah Arief.

Arief pun tidak mau tinggal diam. Lantas dia mengajak Ny Sumi masuk ke dalam rumah Ny. Monica. “Ayo, Bu, ke sinio, sampeyan ben ngerti lek aku gak pilih kasih, iki lho bangunan ndik atas brandgang wis tak bongkari. (Ayo, Bu, ke sini. Biar ibu mengerti kalau saya tidak pilih kasih. Iki lho bangunan di atas brandgang yang disewa Bu Monica sudah saya bongkar),” kata Arief sambil menunjuk bangunan pintu milik Ny Monica yang sudah dibongkar.

Tapi Ny Sumi masih tetap tidak bisa menerimanya. “Kalau mau adil bongkar semuanya. Kalau cuma pintu dan jendelanya saja yang dibongkar, saya juga bisa bongkar. Ayo, bongkar semua, jangan nunggu kapan-kapan,” teriak Ny. Sumi.

Arief yang sempat berkeringat atas tuduhan tidak adil itu menjawab tudingan Sumi. Dia mengatakan, semuanya bangunan di atas brandgang akan dibongkar dan tidak ada pengecualaian. “Kami tidak akan tebang pilih, cuma penertiban butuh proses dan tidak bisa sekaligus kami bongkar,” ujar Arief di depan Ny Sumi dan Suliah.

Di saat yang sama petugas Satpol PP dibantu polisi membongkar rumah Ny Suliah. Rumah petak yang beratap seng dijebol pakai linggis, gancu dan palu besar. Ketika bagian depan rumah Ny Suliah dibongkar, kerabatnya segera mengeluarkan perabotan. Satpol PP membantu mengeluarkan meja kursi, tempat tidur, rak pakaian dan sebagainya.

Pada saat yang sama Satpol PP mendatangi rumah Sundoro di Jl. Tumapel No. 4. Sekilas rumah Sundoro tidak tampak memakai brandgang. Namun, saat Sundoro ditanya apakah dia memakai brandgang, dia mengatakan tidak.

Menurutnya, bangunan tembok yang menutup brandgang milik Monica. “Kalau mau dibongkar temboknya silakan. Tembok ini bukan punya saya, cuma masuk pagar halaman rumah saya saja,” kata Sundoro.

Akhirnya, Satpol PP membongkar tembok di area halaman rumah Sundoro. Sepuluh orang menjebol tembok di sana. Namun, karena temboknya sangat kuat, upaya penjebolan tembok butuh waktu cukup lama.

Sementara, dengan bermandi peluh dan air mata keluarga Ny Suliah terus mencaci maki petugas Satpol PP. “Wong jowo wani mati, wong Chino wani duit, ojo, nggusur wong gak duwe thok (Orang Jawa berani mati, orang China berani uang, jangan menggusur orang miskin saja),” teriak Ny Suliah sambil menangis tersedu-sedu.

Ny Suliah terus nggrundel dengan mengatakan, dia belum bisa menerima penggusuran rumah petaknya. Sebab sampai sekarang rumah susun (rusun) yang dijanjikan kepada keluarganya belum ada.

Sementara Agus, adik kandung Ny Suliah juga tidak bisa menahan air matanya. Pria yang sudah berjuang mempertahankan rumahnya ke pemkot dan DPRD Surabaya ikut jengkel dengan petugas Satpol PP.

Sambil mengangkat pakaiannya, Agus meminta agar janji Satpol PP menyediakan rumah susun ditepati. “Satpol PP nggedabrus thok, lek wis metu teko kene rusune gak ono (Satpol PP ngomong saja, kalau sudah keluar dari sini tidak ada rusun),” kata Agus.

Selang beberapa menit kemudian Kasatpol PP, Arief Budiarto, datang ke rumah Agus. Pada saat itu keluarga besar Agus tetap mencaci maki Satpol PP. Arief yang mau berbicara dengan baik-baik terus diomeli. “Satpol PP gak adil, wong cilik dikalah-kalahno (Satpol PP tidak adil, orang kecil dikalahkan terus),” tutur Agus.

Saat Arif berbicara keluarga besar Agus terdiam sejenak. Tidak lama kemudian, Arif mengatakan, penertiban dilakukan kepada semua bangunan di brandgang, bukan hanya di Jl. Tumapel 8A.

“Sekarang silakan masuk ke rusun, rusun sudah kami sediakan. Dan sampeyan kan sudah diberi waktu satu minggu untuk angkut-angkut barang. Tapi, kenapa blanko rusun tidak diambil,” kata Arief.

Selepas itu Arif merasa lega karena penghuni brandgang lainya menyadari dan membongkar bangunannya. Seperti Sekolah Santa Maria. Mereka membongkar sendiri tanpa menunggu tindakan dari Satpol PP.

“Saya terima kasih kepada pengguna brandgang yang sudah membongkar bangunannya sendiri. Saya berharap yang lain juga melakukan hal serupa. Kalau sudah sadar begitu kan sama-sama enak. Saya enak dia juga enak,” urainya. Pada saat pembongkaran berlangsung Kristianto, mantan Ketua RT 7/RW 3 Kelurahan Keputran datang ke lokasi.

Dia menemui Camat Tegalsari, Bambang Udikoro. Dia mengatakan, kalau menertibkan brandgang jangan bangunan milik orang kecil. Tapi, silakan membongkar yang besar-besar seperti yang dipakai penghuni brandgang di Jl. Tumapel No 3. Ada kabar penghuni rumah Jl. Tumapel No.3 sudah menyertifikatkan tanah brandgang.

“Hampir semua warga di Jl. Tumapel yang nomor rumahnya ganjil memakai brandgang. Silakan, mereka disuruh bongkar brandgang. Jangan rumahnya orang nggak punya saja. Saya kasihan kepada mereka ini,” kata Kristtiano sambil menunjuk Haryono, salah satu keluarga Ny Suliah.

Bambang Udikoro, Camat Tegalsari, mengatakan, semua brandgang akan dibebaskan dari bangunan apa saja. Kebijakan ini sudah sesuai dengan Perda No.7/2009 tentang pengembalinan fungsi sempadan jalan dan saluran.

Beberapa menit kemudian, Wondo, wakil dari penghuni rumah di Jl. Tumapel datang. Dia mengatakan, siap membongkar sendiri bangunan di atas brandgangnya. Menurutnya, yang membangun bangunan di atas brandgang pihak kontraktornya. Tapi karena telanjur sudah ada bangunannya, pemilik rumah langsung mengajukan izin ke pemkot.

Kalau sekarang pemkot meminta dibongkar, sambungnya, pihaknya akan membongkarnya. “Soal sertifikat tanah brandgang, saya jamin tidak ada. Itu keterangan yang tidak bisa dibenarkan,” kata Wondo. Ketua Komisi C DPRD Surabaya, Sachiroel Alim Anwar, yang datang ke lokasi mengomeli Kasatpol PP Arif Budiarto.
 
“Kenapa Satpol PP nggak sabar melakukan penertiban, padahal kesepakatan kita, pembongkaran brandgang perlu menunggu hasil konsultasi ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pusat,” kata Sachirul.

Selain itu dia mengatakan, ini tindakan yang tidak seharusnya dilakukan. Kalau, sudah demikian, Satpol PP harus membongkar bangunan di atas brandgang atau sempadan jalan, seperti yang digunakan restoran Nur Pasifik di Jl. Raya Gubeng, Toko Mirota di Jl. Sulawesi, bangunan di atas sempadan milik City Bank di Jl. Basuki Rachmad.

“Selama ini yang ditertibkan adalah bangli yang dihuni warga miskin sementara yang dihuni warga kaya tidak ditertibkan,” tukasnya.

Laporan Purnomo Siswanto

Anak Ungkap Kondisi Terkini Tukul Arwana
Ilustrasi depresi

Memahami Depresi: Mengenali Tanda-Tandanya dan Cara Mencari Bantuan

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan rasa sedih berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasanya kita gemari.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024