Meski Sakit, Ratna Selesaikan Novel ’’1998’’

SURABAYA POST - Meski didera tekanan darah tinggi hingga stroke, novelis buku asal Malang, Ratna Indraswati Ibrahim, masih saja berkarya. Penulis novel dan cerpen kelahiran Malang 24 April 1949 itu mengatakan akan menyelesaikan buku terbarunya yang berjudul ’’1998” tentang ekspresi perjuangan mahasiswa saat itu.

Ditemui di rumahnya Kamis (7/1) siang, wanita yang telah menyelesaikan 12 buku dan 400 cerpen ini tidak pernah meninggalkan senyum dan menceritakan semua kesehatannya yang dialami selama ini. ’’Saya itu tidak pernah merasa sakit, karena tekanan darah tinggi saya sekarang sedang normal,” kata dia di atas kursi rodanya. Ratna cacat kaki sejak remaja dan mengharuskan dirinya berkursi roda.

Ratna masuk Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, 3 Desember 2009  berawal dari undangan makan bersama dengan Wakil Bupati Malang. Tiba-tiba tubuhnya merasakan dingin. ’’Saat itu, karena tubuh saya merasakan dingin akibatnya menjadi lemas, akhirnya oleh teman saya dibawa langsung ke UGD RSSA Malang,” ujar Ratna.

Waktu itu masing-masing teman yang mendampinginya tidak ada yang membawa uang. Bahkan, Rohadi, salah satu teman baiknya, hanya 20 ribu di sakunya. ’’Uang saya pribadi hanya 500 ribu. Terus terang, saat merasakan sakit, saya juga memikirkan masalah keuangan untuk biaya pengobatan,” katanya.

Namun, dia bersyukur karena di masa sulit seperti sekarang banyak teman, rekan, dan pejabat daerah yang simpati dan membantu. ‘’Di antaranya Walikota Batu, Wakil Bupati Malang, Walikota Malang, toko buku, serta semua teman dengan mengeluarkan dana pribadinya untuk membantu biaya rumah sakit saya, selain itu semangat dari teman-teman,” terang Ratna.

Karena stroke itu, Ratna mengaku harus menginap di rumah sakit itu tiga kali dalam sebulan. Sejak awal masuk rumah sakit, Ratna mengaku ditangani dokter spesialis. Meski sekarang sudah tidak lagi rawat inap di rumah sakit, dia harus kontrol satu minggu sekali. Kontrol rutin seperti itu sudah berjalan satu bulan ini. ’’Dalam satu minggu saya harus setor ke dokter untuk control kesehatan Rp 700 ribu,” kata Ratna.

Untuk pemasukan keuangannya selama ini, Ratna mengaku mengandalkan usaha rumah kos. ’’Selama ini Saya hanya mengandalkan pemasukan dari hasil rumah kos. Kalau setiap minggu harus setor Rp 700 ribu ke dokter, waduh sangat berat,” tutur dia.

Ratna juga meluruskan rumor bahwa penyakitnya membuat dia kehilangan memori (ingatan) dan intelektualnya. Mengutip dokter, Ratna mengatakan, penyakitnya tidak menyerang memori dan intelektualnya.  ’’Meski kondisi cacat, tetapi seluruh indra yang Saya miliki masih sempurna, termasuk memori dan intelektual,” katanya sambil tertawa.

Karena itu, Ratna saat ini sedang menyelesaikan bukunya yang berjudul ’’1998”. Buku itu merupakan hasil karyanya yang ke-12. Bahkan, buku tersebut tinggal edit. ’’Buku itu menceritakan perjuangan anak-anak mahasiswa pada tahun 1998, masa reformasi yang lalu,” ujar Ratna.

Ratna juga mengutip sedikit tentang bukunya, yakni tentang munculnya sosok Soeharto di Gunung Panderman, Batu. Misteri ini dikejar beberapa mahasiswa meskipun hal itu dianggap takhayul oleh beberapa orang.  ’’Kalau ditanggapi, sesuatu misteri yang takhayul itu, sebenarnya suatu yang belum dilogikakan. Dan selanjutnya, buku mengungkapkan masalah revolusi,” urai Ratna. *

Putut Priyono

Tampil di Saranghaeyo Indonesia 2024, Xiumin EXO Janjikan Penampilan Spesial
Menteri Keuangan Sri Mulyani rapat malam-malam bersama jajaran pejabat Kemenkeu

Finance Minister Held Meeting to Discuss Impact of Iran-Israel Conflict

Finance Minister Sri Mulyani Indrawati held a meeting with the officials in her ministry to discuss the economic and financial situation due to the heated geopolitical si

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024