Karaoke Plus Ajang Prostitusi Bawah Umur

SURABAYA POST - Warung kopi plus karaoke berjajar di Jalan Raya Tangunan yang menghubungkan Desa Tangunan dan Desa Badung, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.

Selintas terlihat seperti warung kopi biasa. Tapi ketika dicermati, tempat ini juga merupakan ajang prostitusi.

Awalnya memang warung kopi biasa. Tapi ketika persaingan semakin meningkat, para pemilik warung memberi sentuhan berbeda. Warung ditambah karaoke dan pramusaji perempuan.

Entah siapa yang memulai, yang jelas hampir seluruh warung kopi di sana menyediakan pelayanan yang sama. Tidak lagi menjual kopi dan makanan ringan biasa, namun juga para perempuan desa yang bertugas sebagai pramusaji.

Letaknya memang strategis, di pinggir jalan raya dan di tengah sawah, jauh dari pemukiman penduduk. Jalan ini merupakan jalur alternatif menuju kawasan wisata Pacet melalui Kecamatan Puri.

Tempat ini terkesan menghindar diri pantauan warga. Dengan demikian pelanggan tidak merasa risih untuk masuk.

Meskipun dari luar terlihat sepi, tapi di dalam ruangan yang mirip gudang terdengar hingar bingar suara musik. Riuh dan tawa laki-laki dan perempuan bercampur menjadi satu.

Terlihat beberapa perempuan menjadi pelayan. Sambil menuangkan minuman keras, para perempuan ini juga ikut tertawa.

Yang menarik diamati adalah bahwa sebagian dari mereka masih usia sekolah. Bahkan ada beberapa dari mereka masih tetap menggunakan seragam SMA.

Ketika dipancing dengan beberapa pertanyaan, Bunga (16), nama samaran, salah satu pramusaji menjelaskan bahwa kebiasaan ini dilakukan untuk menutupi kebutuhan hidupnya.

“Kalau minta uang sama orang tua, kasihan mas. Ekonomi saya pas-pasan. Kalau tidak kayak gini, lha nggak bisa beli apa-apa,” jelas perempuan yang mengaku siswa kelas II sebuah SMA ini.

Ketika ditanya tentang kemungkinan tertular AIDS, dia menjawab kalau itu sudah risiko. “Tapi agar tidak tertular sebisa mungkin dia membujuk pelanggannya untuk memakai kondom,” ujarnya.

Bunga mengaku melakukannya secara sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan orang tua, apalagi teman-teman sekelasnya. Meskipun tidak setiap hari mangkal di warung kopi ini, tapi Bunga mengatakan sudah memiliki banyak pelanggan.

“Umumnya karyawan pabrik yang biasa membooking saya mas,” jelas perempuan berkulit kuning ini.

Suparman (41), nama samaran, mengaku biasa nyangkruk di tempat ini. Cerita dia setelah bersedia diwawancarai, hampir tiap hari dia mem-booking anak SMA yang sekaligus pekerja kafe ini.

”Sekali main hanya Rp 50 ribu. Tapi, ya itu, kalau sudah selesai, ya harus dikembalikan lagi,” cerita pengangguran asal Desa Medali Kecamatan Puri Mojokerto ini.

Menurut dia, dia tidak kesulitan mengajak mereka untuk melayani hasratnya karena memang dia sudah lama nongkrong di sana. Tiap hari mulai pukul 12.00 WIB sampai maghrib, para pramusaji yang memberikan layanan plus ini rata-rata mendapatkan uang Rp 150 ribu.

Laporan: Samsul Arifin

Mantan Ajudan SYL Ungkap Ada Pesan WA dari Firli ke SYL, Tapi Langsung Dihapus
VIVA Militer: 88 hari rehab rumah dinas Yonif 305 Tengkorak Kostrad TNI

Aksi Jenderal TNI Maruli dan Pasukan Tengkorak Kostrad 88 Hari Ubah 24 Rumah Berhantu Jadi Indah

Rumah digempur siang malam bersama-sama.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024