Alamat:Jl. A. Yani, Pontianak
Telepon: (0561)736541
Fax: (0561) 749702
Email: sekda @ kalbar.go.id
Website: www.kalbar.go.id/
Propinsi Kalimantan Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 yang menetapkan wilayah Kalimantan Barat sebagai daerah otonom propinsi dengan ibukotanya di Pontianak. Kalimantan berbatasan dengan Sarawak di sebelah utara, Laut Jawa di sebelah selatan, Kalteng dan Kaltim disebelah timur, dan Laut Natuna dan Selat Karimata di sebelah barat.
Jumlah penduduk (Oktober 2008) sebesar 4,25 juta jiwa dengan kepadatan (2008) 35 kilometer persegi. IPM Provinsi Kalimantan Barat adalah 0,671 peringkat (2006) dengan 28 dari 33 provinsi. Jumlah penduduk usia kerja pada bulan Desember 2008 mencapai 2,93 juta jiwa. Sementara itu jumlah angkatan kerja sebanyak 2,16 juta jiwa yang terdiri dari penduduk bekerja 2,04 juta jiwa dan penggangguran terbuka 116 ribu jiwa. Sementara itu jumlah penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 771 ribu jiwa. Dengan demikian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebanyak 73,66 persen dan Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT) sebanyak 5,41 persen.
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 7,16 juta jiwa (19,98 persen) dimana 91,63 persen berada di pedesaan. Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2008 sebesar Rp 570.000. Jumlah penerima BLT (2005) menurut kategori sangat miskin sebanyak 519 ribu jiwa, miskin sebanyak 1,77 juta jiwa, dan mendekati miskin sebanyak 956 ribu jiwa.
SUMBER DAYA ALAM
Luas areal persawahan adalah sebesar 435 ribu ha. Komoditas unggulan nasional adalah kelapa sawit, karet, tebu, kakao dan perikanan tangkap, dan komoditas unggulan daerah adalah jagung, kelapa, lada dan sapi.
Hutan terbagi atas hutan cagar alam (153 ribu ha), hutan taman nasional (1,3 juta ha), hutan wisata alam (29 ribu ha), dan hutan lindung (2,3 juta ha). Kawasan budidaya hutan meliputi hutan produksi terbatas (2,4 juta ha), hutan produksi biasa (2,3 juta ha), dan hutan produksi konversi mencapai 514 ribu ha. Hasil hutan tersebut sebanyak 450 ribu m³ kayu (2005).
Potensi pertambangan dan bahan galian antara lain berupa emas, tambang bauksit, batu bara, minyak dan gas bumi, kaolin dan pasir kuarsa. Lokasi bahan galian dapat dilihat dalam tabel di bawah.
Tabel 1
Jenis dan Lokasi Pertambangan
Jenis Bahan Galian | Lokasi |
Bauksit | Kab. Sanggau. Ketapang & Bengkayang, Kecamatan Sandai, Tiyan, Mungguk Pasir, Air Upas, Kandawangan, Riam, Pering, Kunyit, Simpang Dua, Balai Bekuak, Pintas, dan Sei Raya |
Batubara | Kab. Sintang, Kapuas Hulu & Melawi |
Pasir Kuarsa | Kab. Sambas, Ketapang, Bengkayang & Landak |
Kaolin / Clay | Kab.Ketapang, Bengkayang dan Sambas |
Mangan | Kabupaten Bengkayang |
Emas | Kab. Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang , Kapuas Hulu, Melawi, dan Pontianak. |
Mangan | Kabupaten Bengkayang |
Pasir Sirkon | Kab. Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang & Melawi |
Intan | Kabupaten Landak |
Granit | Kab. Sanggau, Ketapang, Landak, Pontianak, Sekadau dan Sambas |
Gambut | Kab. Pontianak, Ketapang, Sambas dan Kota Pontianak |
Batu bara | di Sintang dan Kapuas Hulu |
Minyak dan gas bumi | Cekungan, Ketunggan, dan Melawi. |
Pertumbuhan diperkirakan sebesar 4,26% (yoy), mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,62%. Perlambatan ini merupakan dampak krisis keuangan internasional yang menyebabkan penurunan ekspor komoditi pertanian. Nilai ekspor non-migas mengalami penurunan dari USD169,8 juta (triwulan III-2008) menjadi hanya sebesar USD81,5 juta (triwulan III-2009). Akibat dari belum pulihnya sektor pertanian menyebabkan konsumsi rumah tangga yang merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi hanya mampu tumbuh sebesar 5,68%, jauh di bawah pertumbuhan triwulan III-2008 yang sebesar 7,67%. Indikasi melemahnya konsumsi rumah tangga ini antara lain adalah turunnya pertumbuhan kredit konsumsi dan realisasi pembelian kendaraan bermotor serta Nilai Tukar Petani (NTP) yang memburuk. Selain itu, konsumsi pemerintah dan investasi belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hingga bulan September 2009 realisasi belanja APBD pemprov baru mencapai 61%, lebih rendah dibanding pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar 71%. Investasi tumbuh hingga 4,18% (yoy). Peningkatan investasi yang ditopang dengan realisasi kredit investasi perbankan yang hingga September 2009 meningkat sebesar 18,01%, hampir dua kali lipat dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya. Kecuali itu, sektor yang mengalami peningkatan hanya sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Tujuh sektor lainnya tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami penurunan kinerja terdalam adalah sektor pertanian. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalbar ternyata tidak mampu mengendalikan tekanan harga pada triwulan III-2009. Secara tahunan inflasi justru meningkat menjadi 5,20% (yoy), jauh lebih tinggi dari inflasi tahunan nasional pada periode yang sama yang sebesar 2,38%. Secara triwulanan dan bulanan, inflasi Kalbar cenderung meningkat dan berada di atas level inflasi nasional. Faktor utama adalah tekanan harga pada triwulan laporan adalah naiknya konsumsi rumah tangga selama bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Perubahan APBD, yang terjadi di bulan Oktober 2009, disebabkan oleh adanya estimasi penerimaan dan belanja daerah dengan kenaikan masing-masing sebesar 5,62% dan 17,57%. Sementara itu, realisasi penerimaan daerah sampai dengan bulan September 2009 mencapai Rp1.156 miliar atau 78,28% dari target anggaran pendapatan daerah 2009 (sebelum perubahan). Sedangkan realisasi belanja daerah hingga akhir September 2009 baru mencapai Rp945 miliar (61,85%) dari total Anggaran Belanja Daerah 2009.
KONDISI EKONOMI MAKRO TRIWULAN III-2009