Popularitas si Bintang Tiga Susno Duadji

VIVAnews - Fenomena popularitas mantan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Susno Duadji menjadi perhatian publik sejak kasus 'cicak vs buaya.' Kini, Susno memicu perang antarbintang di institusi yang pernah membesarkannya.

Pria kelahiran Sumatera Selatan, 1 Juli 1954 ini, sudah sejak lama berkarir di kepolisian. Berawal dari Polres Wonogiri, jenjang karirnya terus naik hingga mencapai puncaknya sebagai Kabareskrim Mabes Polri.  Namun, pada titik kejayaan inilah, nasib Susno mendadak tajam berbalik arah.

Pernyataan kontrovesialnya tentang “cicak-buaya” di tengah memanasnya hubungan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, membuat dirinya dicurigai sebagai dalang di balik dugaan kriminalisasi Polri terhadap dua pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah. 

Berbarengan dengan itu, berdasarkan rekaman penyadapan KPK yang dibuka di MK, nama Susno juga disebut-sebut terlibat dalam kasus Bank Century. Ia diduga menerima suap sebesar Rp 10 miliar untuk membantu pencairan dana Century untuk salah satu deposan terbesar Century, Budi Sampoerna. Karir Susno pun di ambang kehancuran.

Tim Delapan bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahkan merekomendasikan agar Susno diusut dan diproses hukum secara tuntas. Dalam rapat antara Polri dan Komisi III bidang Hukum DPR di Senayan, Susno sampai bersumpah atas nama Tuhan bahwa ia tidak menerima suap Rp 10 miliar seperti yang dituduhkan padanya itu.

Bantahan Susno itu disiarkan secara langsung oleh media. Apapun, hal itu tak membuat Susno dapat menghindari nasib yang menanti di depannya: dimutasi dari posisi emasnya sebagai Kabareskrim Polri.

Saat menjadi Perwira Tinggi di Mabes Polri ini, Susno muncul dan memberikan kesaksian kontroversial dalam persidangan pidana mantan Ketua KPK, Antasari Azhar. Kesaksian Susno tersebut meringankan Antasari dan memojokkan institusinya sendiri, Polri. Susno pun datang ke persidangan Antasari tanpa mengantongi izin bersaksi dari Polri.

Uniknya, pada titik nadir ini, popularitas Susno justru mulai menanjak. Susno mulai lantang buka suara soal banyak hal. Hubungannya dengan media pun kian mesra. Ketika dipanggil sebagai saksi kasus Century oleh panitia angket Century DPR, Susno pun datang ke gedung dewan.

Selain membawa setumpuk dokumen untuk membantu penyelidikan pansus, Susno juga membawa sekardus buku tentang dirinya yang dibagi-bagikan secara cuma-cuma kepada wartawan. DPR pun mengapresiasi dan menyambut gembira sikap Susno yang dinilai relastif terbuka selama pemeriksaan.

Terakhir, Susno kembali membuat gebrakan dengan menyatakan ada makelar kasus di tubuh Polri. “Ada markus korupsi pajak, penyidik (Polri) dapat Rp 25 miliar,” ujar Susno pada Rabu, 10 Maret lalu.  “Saya sudah sampaikan ke Tim Pemburu Hantu eh Markus, supaya jangan lihat tempat tidur Artalyta saja.” Tim Pemburu Hantu yang dimaksud Susno di sini ialah Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang dibentuk Presiden.

Sekretaris Satgas, Denny Indrayana, pun segera menanggapi keterangan Susno tersebut. Satgas pun berniat menindaklanjutinya dengan meminta bantuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Satgas bahkan menyatakan bahwa data Susno valid. Bak gayung bersambut, PPATK juga mengakui adanya aliran dana Rp 25 miliar seperti yang disebutkan Susno tersebut. Tak lama kemudian, KPK menyatakan siap untuk menindaklanjuti laporan Susno apabila terdapat permintaan dari Satgas.

Sejumlah tokoh seperti Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, ikut mendesak agar markus di tubuh kepolisian segera dibongkar. Susno bahkan mendapat dukungan penuh dari Din.  “Pernyataan dari mantan Kabareskrim itu patut kita dukung jika benar. Ini mengungkapkan kebobrokan di negeri ini,” tandas Din. 

Tak hanya dari Din, Susno juga mendapat dukungan dari Ketua MK, Mahfud MD.  “Kalau memang Susno mau ke MK, saya akan ikut membantu. Buka saja. Tidak usah takut mengungkapkan kebenaran,” kata Mahfud.

Alhasil, sosok Susno kini berubah dalam sekejap dari 'orang buangan' menjadi 'pahlawan' yang dieluk-elukkan banyak kalangan karena keberaniannya untuk buka suara. 

Namun, tak semua pihak senang dengan perilaku Susno tersebut.  Tak lain tak bukan adalah institusi Polri sendiri yang bereaksi keras terhadap Susno. Mabes Polri menilai Susno telah menghina menistakan institusi Polri, karena pernyatannya tidak konsisten dan tidak didukung fakta. Susno bahkan disebut sebagai maling yang teriak maling.

Susno pun dilaporkan balik dengan tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik oleh pihak yang disebutnya sebagai markus – Mantan Direktur Ekonomi Bareskrim Polri, Edmon Ilyas.  Tak ayal, Susno telah memicu perang bintang antarjenderal di tubuh Polri. 

Tak cukup dituduh melakukan pencemaran nama baik, Susno pun balik dituding pernah menerima dana suap dari seorang pengacara. Tudingan itu dilontarkan oleh Direktur Ekonomi Khusus Bareskrim, Brigjen Raja Erizman – satu lagi pihak yang disebut Susno sebagai markus.

Bagaimanakah akhir dari perang bintang ini?  Belum bisa dipastikan. Namun, anggota Komisi III DPR, Ruhut Sitompul, yang menjadi mitra kerja Polri, mengingatkan Susno agar, "tidak menari di atas gendang orang lain." 

Ruhut juga mengingatkan bahwa Susno dibesarkan dalam lingkungan kepolisian. "Jadi, jangan mengeluarkan pernyataan yang dampaknya bisa merusak institusi kepolisian,” tandas Ruhut. Komisi III pun berencana untuk memanggil Susno, Kapolri, dan pihak-pihak yang namanya disebut Susno sebagai markus, seusai masa reses DPR 5 April mendatang.

Momen Ketua MK Semprot Kuasa Hukum KPU yang Puji-puji Hasyim Asy'ari
Presiden Joko Widodo.

Jokowi Imbau Warga Mudik Lebih Awal, Jumlahnya Naik 56 Persen

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau masyarakat yang hendak mudik Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah/2024 harus lebih awal, karena jumlah pemudik tahun ini men

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024