Empat Belas Tahun Mencari Suami yang Hilang

Dyah Sujirah, istri Widji Thukul.
Sumber :
  • Fajar Sodiq (VIVAnews)

VIVAnews -- Sudah 14 tahun, Dyah Sujirah kehilangan sang suami Wiji Thukul. Saat itu, persis peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996. Entah kemana ayah dari dua anak itu. Masih menjadi pertanyaan hilang atau tewas menjadi korban kerusuhan. 

Namun, Dyah berkeyakinan suaminya masih hidup. Dia pun mencarinya hingga harus berurusan dengan DPR dan Kejaksaan. Ke sana kemari berbelas tahun, hasilnya cuma hampa belaka.

Dyah pun harus bekerja ekstra keras untuk menghidupi keluarganya.
"Sulit memang menjadi ibu sekaligus kepala rumah tangga, dan untuk memenuhi ekonomi keluarga, saya menjahit pakaian," ujarnya.

Keteguhan dan keyakinan hati dari Dyah Sujirah akrab disapa Sipon membuahkan hasil. Kini, anak pertamanya bernama Fitra Nganthi Wani sudah mengenyam pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, jurusan Sastra Indonesia.

Sementara, Fajar Merah (putra kedua) kini duduk di bangku SMKI Solo, berkat usaha jahitannya yang kini memiliki empat karyawan.

"Meski tidak ada sosok bapak, tanggungjawab saya memang besar untuk mengurus rumah tangga dan hidup saya pun berubah drastis, karena harus juga keluar menjadi aktivis membantu keluarga para korban penculikan," tuturnya kepada VIVAnews di Solo, Rabu, 21 April 2010.

Suaminya yang bernama Wiji Thukul adalah seorang seniman di era orde baru. Hasil karya-karyanya seperti beberapa puisi kerap dianggap menggaggu pemerintahan pada masa itu.

"Bahkan yang saya tahu, suami saya (Wiji Thukul) yang hilang pasca kerusuhan  27 Juli 1996 ini juga dekat dengan aktivis-aktivis dari PRD, yang memang oleh pemerintah waktu itu, anggotanya menjadi target operasi,"

Karena akitivas suaminya itu, Dyah dipandang buruk sebagian masyarakat, dan baginya itu malapetaka. "Saya memang terkenal, tapi ketenaran saya karena suami hilang. Kondisi yang tidak enak sama sekali," ujar Sipon sedih.

Rasa ingin tahu dimana keberadaan suaminya terus mendera. "Kadang harapan suami saya masih hidup itu ada. Namun, dalam mimpi, suami saya sudah tidak ada. Rasanya seperti ada dan tiada,"

Menurut informasi, Wiji Thukul adalah salah satu korban penculikan pada 27 Juli 1996. Hingga kini ke 13 korban tersebut belum diketahui kebaradaannya. Wiji Thukul selain sebagai aktivis meski hanya lulusan SMA, untuk urusan sastra Indonesia cukup diacungi jempol.

Syair-syairnya memang sebagian besar bertemakan perlawanan. Bahkan cuplikan syairnya selalu didengungkan "Hanya ada satu kata, lawan".

Penyair ini pernah mendapatkan  Wertheim Encourage Award dari Wertheim Stichting, Belanda bersama budayawan WS Rendra tahun 1999. Tentu sebuah penghargaan prestisius bagi penyair. Wiji juga memperoleh penghargaan Yap Thiam Hien Award tahun 2002.

Laporan: Fajar Sodiq | Solo

Lika Liku Kehidupan Soesalit Djojoadhiningrat, Pasca Ibunda RA Kartini Meninggal Dunia
Edy Rahmayadi.(B.S.Putra/VIVA)

Pilgub Sumut 2024, Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran ke PDI Perjuangan

Gubernur Sumut periode 2018-2023, Edy Rahmayadi diwakili tim pemenangan mengambil formulir pendaftaran sebagai bakal calon Gubernur Sumut 2024, di Kantor DPD PDIP Sumut.

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024