Harga Kopi Anjlok, Eksportir Kecewa

ilustrasi kopi
Sumber :
  • wikimedia

SURABAYA POST - Rendahnya harga kopi di pasar internasional sejak enam bulan lalu merugikan eksporti kopi Jawa Timur. Pasalnya meski volume ekspor meningkat sekitar 769 ton pada triwulan I 2010 dibanding periode sama tahun lalu, dari segi nilai malah turun 10%.

”Ini sayang sekali, karena otomatis merugikan eksportir. Saat biaya operasional naik, karena volume ekspor naik, eh pendapatan kami malah menurun,” ujar Sekretaris Eksekutif Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jatim, Ichwan Nur Sidik, saat dihubungi, Kamis (13/5).

Menurut catatannya, jika pada triwulan I/2009 lalu besaran nilai ekspor kopi Jatim masih mampu mencapai 43,921 juta dollar AS atau sekitar Rp 395,3 miliar, pada triwulan I/2010 ini capaian tersebut turun menjadi hanya 39,473 juta dolar AS atau sekitar Rp 355,3 miliar. Secara volume ekspor Jatim berhasil meningkat dari 20.077 ton pada triwulan I/2009 lalu menjadi 20.846 ton pada triwulan I/2010 ini.

Ditambahkannya, rendahnya harga dunia tersebut akibat dari berlebihnya pasokan kopi dunia dibanding dengan permintaan yang tersedia.

Over stock paling banyak terjadi untuk jenis kopi robusta. Pada jenis komoditi tersebut, volume produksi Brazil dan Vietnam tahun ini sedang tinggi-tingginya. Besarnya produksi tersebut bahkan melebihi permintaan kopi dunia yang sebenarnya saat ini juga sedang mengalami pertumbuhan signifikan. “Permintaan kopi dunia saat ini tumbuh sekitar 2% hingga 5% per tahun dengan rata-rata konsumsi mencapai 120 juta karung atau sekitar 7,2 juta ton per tahun,” jelasnya.

Terkait fluktuasi harga, saat ini harga kopi dunia untuk jenis robusta masih berkutat di kisaran 1.300an dollar AS atau sekitar Rp 11,7 juta per ton. Padahal, lanjutnya, enam bulan lalu harga masih bertengger di posiosi 1.500 dollar AS atau sekitar Rp 13,5 juta per ton. “Harapannya dengan makin habisnya stok yang ada di pasaran dunia, harga bisa kembali di kisaran harga 1.500-an dollar per ton lagi,” tukasnya.

Ichwan berharap realisasi ekspor kopi Jatim hingga akhir tahun mampu mencapai 70.000 ton per tahun.Ini seiring makin menguatnya pasar baru ekspor kopi Jatim seperti di Eropa Timur, Timur Tengah dan Asia meliputi Malaysia dan Korea.

Optimisme peningkatan realisasi ekspor kopi Jatim tersebut diamini oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII selaku produsen sekaligus eksportir kopi dari Jatim.

“Kami pribadi masih yakin bahwa realisasi nilai ekspor kopi kami akan meningkat di tahun ini. Hal ini karena meski harga kopi dunia turun, kami dapat menutupuinya dengan ‘harga premium’ yang kami terima,” ujar Direktur Pemasaran dan Pengembangan PTPN XII, Sugeng Budiraharjo.

Harga premiumadalah harga yang diberikan pihak importir di negara tujuan ekspor sebagai kompensasi atas kualitas dan terjaminnya ketersediaan bahan yang dikirim.

Sejak tahun lalu, penurunan harga kopi dunia sudah mencapai 600-an dollar AS per ton. Namun, PTPN XII tidak merugi karena harga premium juga makin meningkat.

Netizen Murka Disebut Suara Paslon 02 Nol: Mungkin Aku yang Dimaksud Angin Tak ber-KTP

Tahun 2009, misalnya, harga kopi Robusta mencapai 1.500 dollar AS per ton. Ditambah harga premium kami yang mencapai 600 dollar per ton, maka harga kopi robusta yang kami terima mencapai 2.100 dollar AS per ton.

"Sementara di 2010 ini, harga kopi robusta dunia memang turun mencapai 1.360 dollar AS per ton. Tapi harga premium kami naik sampai 900 dollar AS per ton. Sehingga harga yang kami terima masih 2.210 dollar AS per ton. Jadi tetap ada peningkatan dari 2009,” urainya.

Sugeng berharap, produsen kopi Jatim lainnya mampu menghasilkan produk berkualitas dan juga menjaga ketersediaan pasokan sehingga penurunan harga bisa tertolong dengan keberadaan komponen harga premium.

Di 2010, PTPN XII menargetkan produksi kopi robustanya mampu mencapai 5.000 ton per tahun, atau meningkat sekitar 130% dari produksi tahun 2009 yang sekitar 3.500 ton per tahun.

Pemudik Harus Hati-hati, Ada 19 Perlintasan Kereta Api di Brebes Tanpa Palang Pintu 

Di luar robusta, produksi kopi Arabika juga ditargetkan akan mencapai 3.500 ton per tahun, atau meningkat 200% dari realisasi produksi 2009 sebesar 1.100 ton per tahun. 80% dari total produksi tersebut disiapkan untuk pasar luar negeri. (hs)

Laporan: Taufan Sukma

Xabi Alonso

Peluang Liverpool Gaet Xabi Alonso Mengecil

Keinginan Liverpool mendatangkan Xabi Alonso untu musim depan nampaknya menjadi semakin kecil. Karena dikabarkan pelatih asal Spanyol itu mau bertahan di Bayer Leverkusen

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024