Bangkitkan Nasionalisme Lewat Wayang Orang

Wayang orang
Sumber :
  • Iwan Heriyanto | Surabaya Post

SURABAYA POST – Hari Kebangkitan Nasional setiap 20 Mei bisa diperingati dengan berbagai cara oleh beragam kalangan. Salah satunya Komunitas Tribuana yang menggelar pentas wayang orang berjudul Sembadra Larung di Gedung Cak Durasim, Rabu (19/5) malam.

Lakon Sembadra Larung dipilih karena penggalan cerita dari kisah Mahabharata ini memiliki semangat yang sama dengan perjuangan anak negeri saat melawan penjajah. Lakon ini mengisahkan perjuangan Sembrada, istri Arjuna, yang digoda Burisrawa, tokoh yang menjadi sekutu Kurawa dalam perang Baratayuda.

Menurut sutradara pementasan, Patut Widayatno, lakon Sembadra Larung dipilih karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini. Pelajaran itu juga masih berkaitan dengan konteks dinamika kehidupan bangsa Indonesia saat ini.

Patut menjelaskan, Burisrawa merupakan perlambang hal-hal buruk. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat juga kerap menghadapi masalah. Berbagai masalah yang dihadapi tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tapi harus dicari pemecahannya.

“Harus ada solusi yang tepat agar ada happy ending,” kata Patut yang memerankan tokoh Burisrawa.

Seperti dalam cerita ini. Sembadra yang tidak mau diperistri Burisrawa karena tidak cinta dan sudah bersuamikan Arjuna rela mati dan dibuang ke sungai. Mayatnya kemudian ditemukan Ontorejo dan dihidupkan kembali. Namun hal ini malah menimbulkan konflik antara Ontorejo dan Gatotkaca karena keberadaan Sembadra.

Perkelahian tanpa pemenang yang dilerai Sembadra membuat Ontorejo dan Gatotkaca diketahui bersaudara, yakni sama-sama anak Bima. Di akhir cerita, Sembadra sendiri berhasil membunuh Burisrawa.

“Pelajarannya adalah konflik bisa diredam dengan nilai-nilai persaudaraan. Pelajaran lainnya adalah siapa yang berbuat buruk akan mendapat imbalan setimpal. Becik ketitik ala ketara,” kata Patut yang juga dosen di Universitas Negeri Surabaya.

Pagelaran berdurasi dua setengah jam ini melibatkan 75 orang pendukung. Seluruh pendukung terbagi menjadi 30 orang pemain wayang, 25 orang pengrawit atau penabuh gamelan dan sisanya adalah penari serta kru panggung hingga penata lampu.

Komunitas Tribuana sendiri terdiri dari tiga elemen seni. Mereka adalah pengajar dan mahasiswa Jurusan Sendratasik ((Seni Drama, Tari dan Musik) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya, pengajar dan mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Wilwatikta Surabaya, serta pengajar dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMK) 9 Surabaya.

Koordinator Pagelaran, Heri Lentho, mengatakan seni budaya dipilih sebagai cara memeringati Hari Kebangkitan Nasional agar pembangunan mental bangsa ini lebih kokoh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.

“Nilai-nilai tradisi yang menjadi kekuatan dalam membentuk jati diri bangsa harus selalu disosialisasikan kepada masyarakat agar terjaga dan tidak mudah goyah dengan semangat penjajahan ekonomi yang sedang melanda negeri ini,” kata Heri yang juga Ketua Program Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT). (hs)

Laporan: Reny Mardiningsih

Panglima TNI Putuskan untuk Mengubah Sebutan KKB Menjadi OPM
Aturan Ganjil-Genap Jalan Tol

8.725 Pemudik Langgar Ganjil Genap Selama Mudik Lebaran 2024, Dikenai Sanksi Tilang

Pelanggaran ganjil genap itu terekam kamera ETLE.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024