Curahan Hati Lisa, Pasien Face-Off

Operasi Mengobati Wajah, Juga Hati Saya

Siti Nur Jazila, Pasien Face-off
Sumber :
  • Surabaya Post

SURABAYA POST -  Trauma Siti Nur Jazila alias Lisa, pasien face-off RSUD dr Soetomo, belum hilang. 

Ini tampak ketika Surabaya Post menemuinya di sela bazar yang diadakan Gedung Pusat Diagnostik Terpadu (GPDT) rumah sakit itu. Meski sudah ditemani salah satu calon dokter spesialis jiwa, wanita yang sejak 2006 menjalani perbaikan wajah ini gugup saat diajak bicara.

Diakuinya, musibah tersiram air keras di bagian wajah masih menyisakan rasa tak percaya diri.

Akibat insiden yang dilakukan suaminya sendiri, Mulyono, Lisa pun harus menjalani tahapan operasi yang panjang dan menjadikannya penghuni tetap RSUD dr Soetomo sejak 2006 lalu.

Kepedihan atas peristiwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi sekitar empat tahun lalu itu, membuat wanita asal Wajak, Malang, ini enggan keluar ke tempat umum.

“Saya malu, bahkan putus asa. Tak pernah berfikir saya bisa hidup sampai sekarang,” tuturnya lirih.

Secara kejiwaan, dikatakannya dia terluka separah kondisi wajahnya. Saat belum dirawat, berbicara dan berinteraksi dengan orang lain menjadi hal yang sulit dan menakutkan. Mengurung diri di rumah pun menjadi pilihannya.

Namun keajaiban itu tiba-tiba datang, yang membuat beban di pundaknya terasa diangkat satu persatu. Berawal saat tim dokter RSUD dr Soetomo mau mengulurkan tangan untuk membantu memperbaiki kondisi wajahnya.

“Saya tak pernah membayangkan akan kenal dan ditolong mereka. Ini merupakan berkah dan jawaban dari semua doa saya kepada Allah,” katanya.

Kemudian, diwaktu hampir bersamaan, kepolisian akhirnya menahan Mulyono, suaminya yang telah tega menyiramnya dengan air keras.

Pelan-pelan rasa percaya diri perempuan kelahiran 13 Januari 1984 ini kembali terbangun. Bahkan didampingi tim psikiatri RSUD dr Soetomo, Lisa juga mulai berani menampakkan diri di muka umum dan berinteraksi langsung dengan masyarakat lain.

“Meski masih takut kalau tidak didampingi dokter, tapi saya mulai bisa bicara dengan banyak orang, termasuk yang tidak saya kenal,” tuturnya.

Pasca menjalani operasi 15 kali, Lisa mengaku makin percaya akan kebesaran Sang Pencipta. Ibadahnya pun diakui dari hari ke hari semakin baik.

”Bukannya saya dulu meninggalkan salat, tapi dulu saya merasa kurang dalam melakukannya. Sekarang,  saya merasa punya banyak kesempatan untuk beribadah,” kata Lisa yang menjalani operasi terakhir pada Juni 2010 lalu.

Apalagi dengan kondisi wajah yang semakin baik. Dia makin menikmati ibadahnya. Sebab, parutan-parutan yang dulu akan menimbulkan sakit saat menoleh atau melakukan gerakan, sekarang sudah berangsur pulih.

“Sungguh saya tidak bisa merangkai kata untuk menggambarkan betapa saya sangat bersyukur atas semua ini. Sekarang yang bisa saya lakukan adalah rajin beribadah,” katanya.

Dengan rajin bersimpuh dihadapan Allah, dia juga makin bisa menerima kehidupan yang dijalani sekarang. Apa pun yang diberikan Tuhan, berusaha disyukurinya tanpa pernah mengeluh.

Meski demikian, jauh dari keluarga, kadang memicu rindu di hati Lisa untuk bermain dan berkumpul bersama mereka. “Awal-awal dulu memang rasanya tidak enak, tapi sekarang terbiasa. Saya meyakinkan hati, mungkin memang ini jalan Allah untuk saya,” katanya.

Dikatakannya, agar tak kesepian, dokter, perawat hingga tukang sapu di rumah sakit tersebut telah dianggapnya sebagai keluarga.

“Saya juga mengisi waktu dengan membuat kerajinan tangan, lumayan bisa dijual ke teman-teman di sini,” tuturnya.

Saat disinggung mudik Lebaran, Lisa hanya bisa menarik nafas dalam. ”Keinginan untuk pulang jelas ada. Apalagi saat Lebaran nanti rumah sakit pasti sepi. Tapi saya sekarang belum memutuskan untuk pulang. Mungkin nanti waktu sudah dekat-dekat Lebaran,” katanya.

Tim dokter sendiri saat ini terus berusaha memperhalus kulitnya pasca menjalani operasi face-off. Meski tidak akan bisa kembali seperti semula karena kerusakan yang terjadi mencapai otot wajah, tapi Lisa tetap bersyukur.

Baginya operasi face-off tidak sekadar memperbaiki wajahnya, tapi juga memperbaiki psikologi, hati dan imannya. Selama di rumah sakit, Lisa mengaku juga banyak mendapat ilmu dan nasehat dari tim dokter. Hal tersebut membuatnya makin kuat menjalani hidup dan menatap masa depan.

“Saya yakin Allah tak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan saya,” pungkasnya.

Reny Mardiningsih

Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemerintah Beri THR Lebaran bagi Warga Terdampak Bencana
Ilustrasi Mobil Patroli Polisi

Viral Jambret Bawa Kabur Mobil Patroli Polisi di Jaksel, Begini Kronologinya

Seorang jambret membawa kabur mobil patroli polisi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis, 28 Maret 2024 dini hari. Aksi jambret ini viral di media sosial.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024