- Antara/ Ujang Zaelani
VIVAnews - Kehilangan pasangan hidup bukanlah hal yang mudah bagi mantan Presiden, Bacharuddin Jusuf Habibie. Kepergian Ainun sempat membuatnya mengidap penyakit psikosomatik.
Penyakit ini, dikatakan Habibie dalam pengantar buku Habibie&Ainun, merupakan sebuah gejala penyakit yang sangat erat hubungannya dengan faktor fisik psikologis dan sosial. Saat itu, emosi anak keempat dari delapan bersaudara ini menjadi berlebihan dan berdampak buruk bagi kesehatannya.
"Bagi saya pribadi hikmah menulis buku ini telah menjadi terapi mengobati kerinduan rasa tiba-tiba kehilangan seseorang yang selama 48 tahun 10 hari berada dalam kehidupan saya," tutur Habibie, Selasa malam.
Ainun bagi Habibie adalah bagian dari jiwanya yang tak terpisahkan. Namun, dia pun tak ingin penyakit ini terus menggerogoti tubuhnya akibat terus memikirkan belahan jiwanya yang sudah lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa.
"Saya mencoba memenuhi anjuran dokter, baik di Hamburg, Muenchen dan Indonesia, bahwa saya harus terhindar dari gangguan psikosomatik," ungkapnya.
Untuk menutupi kekosongan jiwa, Habibie mencoba menuliskan sebuah buku untuk mencurahkan perasaan emosionalnya yang terus menerus tak terkendali. Selama menulis, ayah dua orang anak ini mengaku terus menitikkan air mata. Bahkan, dia sempat tak kuasa melanjutkan buku kisah cintanya bersama Ainun.
"Hikmah yang saya petik, ketika saya sedang mencoba mengembalikan semua jalinan peristiwa dalam kehidupan saya bersama Ainun, saya mendapat hidayah untuk kembali merenungkan lebih jauh makna kehidupan manusia di alam fana ini," ujarnya. (umi)
Hakim Geram ke Saksi di Sidang Korupsi Tol MBZ: Proyek Triliunan Gini kok Main-main
Hakim mencecar saksi sampai tidak berkutit di kasus korupsi Tol MBZ. Dalam hal itu juga diketahui kalau tender sudah disetting siapa pemenangnya. Membuat hakim jadi heran
