Istana Rapat Bahas Gempa, Gunung Api & Banjir

Pakar gempa UGM, Dwikorita Karnawati, tunjukkan zona gempa Sumatera Barat
Sumber :
  • Antara/ Regina Safri

VIVAnews - Sebagai negara yang berada pada zona patahan tektonik aktif dan jalur lingkaran gunung berapi terpanjang di dunia, Indonesia memiliki potensi bencana gempa dan letusan gunung berapi yang lebih tinggi dibandingkan berbagai negara lain di dunia. Tahun 2010 ini menjadi saksinya, ketika Gunung Sinabung dan Merapi meletus, serta gempa dan tsunami di Mentawai.

Bahkan, kondisi geologis Indonesia juga disinyalir turut memudahkan terjadinya banjir bandang, seperti yang terjadi di Wasior (Papua), Padang, dan Aceh, beberapa waktu lalu.

“Keunikan posisi geografis dan kondisi geologis Indonesia itu harus  kita jadikan acuan untuk mengantisipasi risiko kebencanaan," Erick Ridzky, Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief. "Karena itu, kita perlu membicarakan konsep mitigasi bencana yang ada secara komprehensif. Sebab, ada dugaan kuat bahwa antara bencana tektonik, vulkanik, juga banjir bandang, memiliki kaitan dengan karakteristik geologis kita,” kata Erick kepada VIVAnews.

Untuk membahas antisipasi risiko kebencanaan dan pola mitigasi atas potensi bencana di beberapa lokasi yang menjadi “hot spot”, seperti Siberut, Sumatera dan Gunung Anak Karakatau, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana bersama berbagai lembaga pemerintah dan kalangan pakar kebencanaan.

Acara ini digelar Jumat 10 Desember 2010 siang ini di Istana Presiden. Rapat akan dihadiri petinggi-petinggi lembaga pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi pokok penanganan bencana. Sejumlah ahli kebencanaan tingkat nasional dan internasional, termasuk pakar gempa bumi kenamaan dari Earth Observatory of Singapore (EOS), Prof. Kerry Sieh, akan hadir.

“Profesor Sieh yang pernah menjadi narasumber dalam pembuatan program dokumenter mengenai “Tsunami Asia” di National Geographic, akan membuka hasil penelitiannya mengenai potensi gempa bumi di Siberut, Sumatera Barat. Banyak ahli yang mempercayai bahwa terjadi gempa besar setiap dua ratus tahun sekali di patahan tektonik Sumatera tersebut,” ujar Erick Ridzky.

Selain itu, Rektor UGM Prof. Sudjarwadi dan pakar geologi asal UGM, Prof. Dwi Korita Karnawati, juga direncanakan hadir. Kehadiran rombongan pakar kebencanaan dari UGM itu terkait dengan rencana pembangunan Pusat Riset Kegunungapian di Yogyakarta, sebagai antisipasi terhadap fenomena keaktifan kembali berbagai gunung berapi di Indonesia.

Sebelumnya, Istana juga terlibat aktif mendukung pembangunan Pusat Riset Kegempabumian di Bandung. Pusat Riset Kegempabumian tersebut direncanakan segera memulai aktifitasnya pada awal tahun depan.

Bule Jerman Serang Penjaga Vila di Bali Usai Ditagih Nunggak Sewa 4 Bulan
Denny Cagur

Lolos Jadi Anggota DPR, Denny Cagur Ungkap Kenangan Haru dengan Almarhumah Ibu

Denny Cagur mengungkap bahwa satu tahun sebelum meninggal, sang ibunda memberi kado ulang tahun tak biasa kepada dirinya.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024