Pakar: AIDS, Alkohol Ancaman Utama Papua

Suku di Papua
Sumber :
  • Banjir Ambarita | Papua

VIVAnews - Papua saat ini menduduki peringkat kedua setelah DKI Jakarta untuk tabel kasus HIV/AIDS tertinggi di Indonesia. Perlu ada tindakan nyata dari semua pihak untuk mengambil peran dalam menangani penyebaran HIV/AIDS secara serius.

Hal tersebut diungkapkan oleh Mena Robert Satya dari Elijah Generation dalam paparannya berjudul "Urgensi Pendirian Rumah Rehabilitasi di Papua". Ia menjelaskan, angka HIV/AIDS yang tinggi di Papua menjadikan cermin bagi masyarakat untuk memikirkan dan mencari solusi atas hal ini.

2.000 Hewan Ternak Dilakukan Vaksinasi Antisipasi Wabah PMK Secara Gratis

"Jika tidak, maka diperkirakan 20 tahun kemudian kita hanya mendengar bahwa di atas tanah Papua pernah ada bangsa kulit hitam yang hidup dan akhirnya Papua hanya menjadi museum," kata Satya.

Menurut Satya saat ini urgensi pendirian rumah rehabilitasi di Papua sangat dibutuhkan dan mendesak mengingat kondisi generasi muda Papua sekarang yang memprihatinkan serta perlu penanganan yang serius. Prinsip utama rumah rehabilitasi adalah upaya pemulihan terhadap mereka yang menjadi korban HIV/AIDS.

Satya menjelaskan perubahan karakter dan prespektif positif sangat penting dalam menolong korban yang terkena HIV/AIDS, ketergantungan alkohol, narkoba dan lain-lain.

Kasus Kekerasan

Ternyata Buah Delima Punya Manfaat untuk Sembuhkan Kanker, Benarkah?

Hal senada diungkapkan oleh Kanit V Dir I Kamtranas Bareskrim Polri, Kombes Pol Guntur Setyanto. Menurutnya minuman keras menjadi salah satu masalah diantara banyak masalah di tanah Papua. Kasus kekerasan dan kriminal di Papua umumnya dipengaruhi oleh minuman keras.

"Kondisi ini membuat pemerintah provinsi Papua mengambil tindakan ekstrem salah satunya adalah membatasi ataupun menghentikan peredaran minuman keras di seluruh wilayah provinsi Papua,"katanya.

Dengan peraturan ini, diharapkan rantai-rantai penghubung yang menyebabkan HIV/AIDS dapat terputus. Ia menjelaskan saat ini banyak orang Papua usia produktif yang meninggal karena alkohol dan penyakit HIV/AIDS sementara angka kelahiran semakin sedikit.

Ia menjelaskan kebiasaan minum alkohol orang Papua muncul akibat interaksi orang kulit putih dari Eropa. Padahal, di kalangan masyarakat Papua jarang mengenal minuman alkohol, juga tidak ada tradisi pesta minuman keras. Namun saat ini dikalangan para pecandu alkohol di Papua minum alkohol hanya untuk mencari perhatian ataupun melampiaskan emosi.

"Masyarakat Papua terdiri daru suku-suku yang mempunyai para pemimpin sebagai panutan, menyikapi kenyataan diatas diharapkan pemerintah mampi mengkomunikasikan kepada mereka dalam rangka meninggalkan pola hidup meminum minuman keras,"katanya.

Polri sendiri selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Bebasnya masyarakat Papua dari minuman alkohol dan HIV/AIDS tergantung dari komitmen masyarakat Papua itu sendiri. "Polri tetap optimis mendampingi masyarakat Papua terbebas dari minuman keras," tutupnya. (ren)

VIVA Militer: Pasukan milisi Republik Ossetia Selatan

Bukan Hanya Palestina, Ini 9 Negara yang Belum Diakui Keanggotannya oleh PBB

PBB memiliki anggota sekitar 193 negara. Namun, di luar jajaran negara-negara tersebut, terdapat setidaknya 9 negara yang belum mendapat pengakuan sebagai anggota PBB. 

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024