Kapolri Tolak Tarik Pasukan dari Mesuji

Irjen Pol. Timur Pradopo
Sumber :
  • Antara

VIVAnews – Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo menolak permintaan Komnas HAM untuk menarik personel polisi dari Mesuji. Menurutnya, polisi tetap harus berada di lokasi untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya konflik antarkelompok.

“Penempatan anggota kepolisian  di Mesuji merupakan bagian dari tugas pelayanan Polri kepada masyarakat. Polri ditempatkan di daerah-daerah itu untuk mengantisipasi terjadinya konflik antarkelompok, dengan mengambil tindakan yang diperlukan,” kata  Kapolri di Lapangan Cendrawasih Kompleks Akademi Kepolisian Semarang, Jumat 16 Desember 2011.

Timur menegaskan, Polri  mendukung tim investigasi bentukan pemerintah guna mencari fakta dan solusi atas kasus dugaan pembantaian warga di Mesuji tersebut. “Jika melanggar ketentuan, maka semua pihak yang salah akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” tegasnya.

Heboh pembantaian Mesuji berawal dari aduan puluhan warga Mesuji, Lampung, ke Komisi III DPR. Mereka mengatakan, terjadi pembunuhan keji di daerah mereka saat terjadi penggusuran terhadap lahan warga, yang mengakibatkan sekitar 30 warga tewas.

Dalam pengaduan mereka ke Komisi III DPR ini, warga Mesuji Lampung yang diwakili oleh kuasa hukum Bob Hasan memutar video kekerasan di Mesuji tersebut. Dalam video itu diperlihatkan adanya pembantaian yang dilakukan dengan keji oleh orang-orang berseragam aparat.

Ada dua video yang merekam proses pemenggalan dua kepala pria, sementara tampak satu pria bersenjata api laras panjang dengan penutup kepala sedang memegang kepala yang telah terpenggal. Selain merekam pembunuhan keji itu, video lain juga memperlihatkan kerusakan rumah penduduk.

“Bangunan ibadah dihancurkan, hasil panen singkong juga dirampas. Aparat juga melakukan pemerkosaan terhadap janda, pada saat penggusuran,” kata Bob Hasan di Gedung DPR, Rabu 14 Desember 2011. Peristiwa ini, menurutnya, berawal dari perluasan lahan oleh perusahaan PT Silva Inhutani sejak tahun 2003. Perusahaan yang berdiri tahun 1997 itu terus menyerobot lahan warga untuk ditanami kelapa sawit dan karet.

Versi Berbeda

Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Pol Boy Rafli Amar menyatakan, video pembantaian petani yang diputar di hadapan anggota Komisi III DPR dicampur-adukkan. Video yang diputar itu, kata dia, tidak sepenuhnya terjadi di Kabupaten Mesuji, Lampung. Ada potongan video yang diambil dari peristiwa konflik di Kecamatan Mesuji, Sumatera Selatan, pada tanggal 21 April 2011.

Ada dua Mesuji yang berbeda, di Lampung dan Sumatera Selatan. “Video ini dicampur-adukkan dengan peristiwa di Lampung. Di Lampung juga namanya Mesuji, tetapi di Ogan Komering Ilir (nama Kecamatan Mesuji), kalau di Lampung namanya Kabupaten Mesuji,” kata Boy saat menggelar konferensi pers di Mabes Polri, Kamis 15 Desember 2011.

Boy juga mempertanyakan jumlah korban tewas yang dikatakan mencapai 30 orang. Dia menduga angka itu adalah penggabungan korban-korban di lain tempat, bukan dalam satu peristiwa. Boy pun membantah tudingan polisi terlibat dalam aksi kekerasan tersebut – apalagi melakukan pemenggalan.

Menurutnya, aparat yang tersorot dalam video, baru hadir usai bentrokan antara warga dengan karyawan dan petugas keamanan dari PT Sumber Wangi Alam (SWA) di Sumatera Selatan pada 21 April 2011. “Itu setelah kejadian, setelah orang itu meninggal semua, baru polisi dengan pasukan lebih besar hadir. Kalau tidak ada petugas, korban akan lebih banyak,” papar Boy.

Pemenggalan, kata Boy, bukan dilakukan polisi, tapi oleh warga sendiri. Sementara yang dipenggal adalah karyawan PT SWA. “Tindakan ini cukup keji, bahkan ada satu yang dipenggal kepalanya, dari karyawan PT SWA. Pada waktu massa datang, mereka tidak lagi bisa menghadapi,” kata Boy. Akar permasalahan, menurutnya, adalah murni sengketa tanah. (sj)

Laporan : Puspita Dewi | Semarang

Keluarga Ungkap Penyebab Meninggalnya Sopyan Dado, Punya Riwayat Diabetes Hingga Sakit Jantung
Jembatan Francis Scott Key, di kota Baltimore, AS runtuh ditabrak kapal kargo

No Indonesian Victims in the Baltimore Bridge Collapse Incident

Foreign Ministry Spokesperson Lalu Muhamad Iqbal stated that no Indonesian citizens were involved in the incident of the Francis Scott Key Bridge collapse in Baltimore.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024