The Wahid: FPI Terbanyak Lakukan Kekerasan

Aksi anarkis FPI
Sumber :
  • http://hargaiperbedaan.blogspot.com

VIVAnews - Lembaga sosial dan keagamaan, The Wahid Institute mengeluarkan catatan akhir tahunnya terkait praktik intoleransi atas dasar agama dan keyakinan di Indonesia selama 2011. Berdasarkan catatan itu, Front Pembela Islam (FPI) sebagai organisasi yang paling banyak melakukan intimidasi dan ancaman kekerasan atas nama agama.

Organisasi pimpinan Habib Rizieq itu tercatat melakukan 38 kali kekerasan atau sekitar 18 persen. Kelompok massa terorganisir melakukan kekerasan sebanyak 32 kali atau 15 persen. Selanjutnya, kekerasan terbanyak ketiga dilakukan oleh Pemkab/ Pemkot, yaitu sebanyak 22 kali atau 10 persen. Sedangkan Massa tidak teridentifikasi 19 kali atau 9 persen, MUI 17 kali atau 8 persen, polisi 16 kali atau 8 persen, dan perorangan 14 kali atau 7 persen.

"Kalau dilihat dari apa yang dilakukan FPI, isu yang mereka usung adalah memberantas kemaksiatan dengan cara-cara kekerasan seperti dulu pernah ada operasi kafir," kata Rumadi dalam jumpa pers di kantor The Wahid Institute, Jakarta, Kamis 29 Desember 2011.

Biadab! Israel Eksekusi Anak Palestina Beramai-ramai dari Usia 4-16 Tahun

"Menurut bahasa saya mereka mencegah kemungkaran dengan cara-cara mungkar, mestinya dengan cara-cara yang makruf."

Selain itu, kekerasan dengan mengatasnamakan agama ini merupakan bentuk intoleransi paling tinggi selama 2011, yaitu sekitar 48 kasus atau 25 persen. Tindakan berikutnya yang juga tinggi adalah pernyataan dan penyebaran kebencian terhadap kelompok lain, yaitu sekitar 27 kasus atau 14 persen, pembakaran dan perusakan properti 26 kasus atau 14 persen, diskriminasi atas dasar agama atau keyakinan sebanyak 26 atau 14 persen.

"Jawa Barat menjadi wilayah tertinggi dengan 105 kasus atau sekitar 57 persen. Daerah berikutnya adalah Jawa Timur 17 kasus atau 9 persen, Jawa Tengah 15 kasus atau 8 persen, DKI Jakarta 13 kasus atau 7 persern, dan Riau 9 kasus atau 5 persen," terang Rumadi.

Selain itu, Rumadi mengatakan selama tahun 2011 ini, kategori korban intoleransi terbanyak dialami oleh Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) karena keyakinan mereka dianggap berbeda dari mainstream umat Islam dengan 65 kasus (26  persen). "Korban berikutnya adalah individu yang dianggap berbeda dari mainstream 42 kasus (17 persen), pemilik usaha atau pedagang 24 kasus (10 persen), umat Kristen 20 kasus (8 persen)," ucapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Ketua FPI Jakarta, Habib Salim Selon Al-Attas mengatakan tindakan yang dilakukan organisasi itu sudah benar. Karena dilakukan untuk memerangi kemaksiatan. "Suruh baca dulu itu yang mengeluarkan pernyataan. Kita itu bertindak sesuai dengan aturan, memberantas kemaksiatan," kata Salim.

"Jangan asal ngoceh kalau tidak paham yang dilakukan, tidak ada anarki kalau tidak ada yang memulai. Negara sudah dilecehkan sudah diobok-obok, FPI meluruskan."

Selain itu, lanjut Salim, FPI selalu berkoordinasi dengan aparat terkait saat melakukan aksi razia. "Kita melapor ke Polsek, lurah, camat dan Polda. Kita izin ke Intelkam Polda," ujar Salim. (umi)

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, dalam acara pemusnahan 11 jenis komoditi impor ilegal dengan nilai pabean mencapai Rp 9,33 miliar, di wilayah Citereup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis, 28 Maret 2024.

Zulhas Enggan Revisi Aturan Barang Bawaan dari Luar Negeri: Bayar Pajak Dong!

Zulhas menegaskan, barang-barang impor memang seharusnya dikenakan pajak saat masuk ke dalam negeri.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024