Polisi Tahu Warga Syiah Bakal Diserang

Kerusuhan bernuansa SARA di Desa Karanggayam Omben Sampang Jatim
Sumber :
  • ANTARA/Saiful Bahri

VIVAnews - Konflik horisontal kembali terjadi di Indonesia. Kali ini di desa Nangkernang, Sampang, Madura. Satu warga Syiah tewas dan sejumlah rumah milik warga Syiah dibakar oleh massa intoleran.

Aktivis Change.org, Usman Hamid, mengatakan bahwa penyerangan terhadap warga Syiah dengan alasan apapun sangat tidak dibenarkan.

Kekerasan disertai pembakaran terhadap warga Syiah, menurutnya, kembali menunjukkan bahwa negara sebagai pengayom dan pelindung setiap warganya, tidak mengambil peran. "Bahkan nyaris tak berfungsi," ujar Usman kepada VIVAnews, Senin 27 Agustus 2012.

Menurut Usman, pihak kepolisian sudah mengetahui rencana penyerangan itu. Tapi mereka, lanjut Usman, seperti biasa tidak segera bertindak sigap. Parade amuk dan amarah atas nama kebenaran sepihak berdalih tafsir agama, kembali dibiarkan. "Ini sudah kejahatan by mission," kata Usman.

Aparat kepolisian, lanjut Usman, telah melakukan "pembiaran" kejahatan yang dilakukan di depan matanya. Selain tidak mau, Usman juga menilai polisi tak mampu mengambil posisi yang semestinya sebagai pihak yang netral. "Terlebih lagi sebagai pelindung terhadap warga negara."

Karena itu, mantan Ketua Harian Komisi untuk Orang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) ini meminta, agar kepolisian meminta maaf atas nama institusi negara, karena gagal mencegah jatuhnya korban tewas dan luka-luka.
"Kemudian menunjukkan sikap rasa bertanggungjawab dengan segera menangkap pimpinan penyerang, disusul penyerta perangan," dia menegaskan.

Berdasarkan laporan yang diterimanya, peristiwa itu terjadi saat sekitar 20 orangtua mengantar anak-anaknya untuk kembali menuntut ilmu di Yayasan Pondok Pesantren Islam (YAPI), Bangil, Pasuruan, Jawa Timur. Mengingat liburan lebaran kemarin, anak-anak tersebut lalu pulang ke kampung mereka.

Kemudian pada pukul 11.00 WIB, sebelum keluar dari gerbang desa, rombongan pengantar dihadang oleh massa yang berjumlah sekitar 500 orang. Massa melengkapi dirinya dengan celurit, parang, serta benda tajam lainnya.

Menurut Usman, berdasarkan keterangan salah seorang jemaah Syiah yang tidak mau disebutkan namanya, pelaku penyerangan merupakan orang suruhan Roies Al Hukama.

"Massa menyerang jemaah Syiah Sampang dengan menggunakan senjata tajam. Rombongan yang terdiri dari anak-anak dan sejumlah perempuan sontak berlarian menyelamatkan diri. Mereka kembali ke dalam rumah masing-masing untuk bersembunyi," kata dia.

"Massa penyerang sampai ke rumah-rumah jemaah Syiah dan mulai membakar sejumlah rumah milik jemaah Syiah, yaitu rumah Ustad Tajul Muluk, Muhammad Khosim alias Hamamah, dan Halimah," Usman menambahkan.

Korban pun berjatuhan, salah satu jemaah Syiah, Muhammad Hasyim alias Hamamah (45) meninggal dunia dan satu lagi atas nama Tohir (40) kritis. Keduanya dianiaya ketika berniat menyelamatkan anak-anak dari rumah yang terbakar. "Thohir dan Hamamah mengalami luka bacok cukup parah di bagian tubuhnya," ujar dia.

Meski penyerangan sudah terjadi pukul 11.00 WIB, kata Usman, akan tetapi sampai malam hari polisi tidak melakukan tindakan pencegahan dan penyelamatan secara serius. "Saat penyerangan terjadi, sejumlah polisi memang berada di lokasi tetapi tidak berbuat apa-apa. Mereka terlihat hanya duduk-duduk di sekitar lokasi," ujar Usman.

Baru pukul 18.30 WIB jamaah Syiah mulai dievakuasi ke GOR Sampang oleh polisi. Berdasarkan keterangan Ibunda Ustad Tajul Muluk, kata Usman, tidak semua jemaah Syiah berhasil dievakuasi karena sebagian mereka masih bersembunyi dan keberadaannya belum diketahui.

"Ada yang lari ke gunung, sebagian  memilih bersembunyi di tempat keluarga di luar Karang Gayam. Hingga pukul 21.00 WIB ada 176 Jemaah Syiah yang berhasil dievakuasi ke GOR Sampang," katanya.

Warga Syiah yang berhasil dievakuasi terdiri atas 51 laki-laki, 56 perempuan, 36 anak-anak, sembilan balita, dan tiga manula. Masih ada empat orang yang ada di RSUD Sampang. "Korban pun masih bisa bertambah mengingat belum semua jemaah Syiah diketahui keberadaanya," kata dia.

Ia juga menjelaskan, penyerangan ini juga dilakukan saat komunitas Syiah tidak memiliki pemimpin. Hal ini karena Ustad Tajul Muluk sendiri sudah diputus dua tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Sampang. Selain itu, penyerangan dilakukan di depan sejumlah anak, sehingga menyebabkan trauma pada anak dan perempuan.

Demokrat Munculkan Nama Dede Yusuf untuk Pilkada Jakarta 2024

"Ini sistematik. Karena Serangan ini telah direncanakan jauh hari sebelum lebaran tiba. Isu penyerangan sudah terdengar di wilayah Karang Gayam," ujar Usman.

"Dan patut diketahui bahwa korban meninggal adalah saksi meringankan terdakwa Ustad Tajul Muluk dalam persidangan di PN Sampang," kata Usman lagi.

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, sebelumnya menjelaskan bahwa saat kejadian, hanya ada Danramil dan Kapolsek yang kebetulan menghadiri hajatan tidak jauh dari lokasi. Upaya memisahkan dua kelompok yang dilakukan tidak membuahkan hasil dan ketegangan antara dua kelompok yang sama-sama keras makin meningkat. "Saat itu Kapolsek kena lemparan batu, sekitar jam 12 siang keributan berkembang dan berlanjut pada pembakaran dan carok."

Aparat, lanjut Soekarwo, telah melakukan penyelamatan atau memisahkan dua kelompok yang bersitegang itu. Saat itu, sekitar pukul 15.00 sore Kapolda tiba di lokasi dan melakukan pengamanan. "Kami lakukan sesuai standar kemanusiaan, kami juga langsung lucuti siapa saja yang kedapatan membawa senjata tajam," katanya. (adi)

Ilustrasi KTP.

Pemprov: Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta Budi Awaludin mempersilakan warga untuk mengajukan keberatan jika terkena penonaktifan NIK.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024