Lima Orang Tewas dan 15 Harimau Sumatera Mati

VIVAnews - Dalam kurun waktu lima tahun, sebanyak 15 ekor Harimau Sumatera di Riau mati dalam pertarungan melawan manusia. Sedangkan korban dari manusia, dilaporkan lima orang tewas dan 14 lainnya luka-luka.

Data ini disampaikan juru bicara Organisasi Konservasi, World Wild Fund atau WWF Riau, Sumantri. "Sejak tahun 2005 sampai 2009 tercatat 37 kali kasus konflik," kata Sumantri di Pekanbaru, Riau, Sabtu, 28 Februari 2009.

Pertarungan harimau melawan manusia itu sebagian besar terjadi di Riau Utara, yaitu di Kabupaten Siak, Rokan Ilir, Rokan Hulu, dan Kota Dumai. Khusus kota Dumai memiliki wilayah konservasi harimau. Banyak faktor penyebab terjadinya pertarungan ini. Namun, yang sering terjadi itu pertama adalah habitat harimau yang sudah rusak, terjadi pembalakan riau, perburuan riau, kebakaran hutan, serta alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.

Beberapa faktor inilah yang memaksa Harimau Sumatera harus keluar dari habitatnya mencari makan ke perkampungan penduduk. Sebenarnya, dalam setiap kali pertarungan antara manusia dan Harimau, kata Sumantri, warga enggan untuk membantai hewan buas itu.

Alasannya karena pertama, untuk membunuh harimau harus mempunyai keberanian. Kalaupun ingin menjerat, harus memiliki peralatan yang cukup untuk disiapkan. Ketika terjadi konflik, masyarakat biasanya tidak melakukan persiapan untuk menjerat.

Biasanya, kalau sudah terjadi pertarungan ada masyarakat yang meminta bantuan kepada pemburu profesional. Kepada pemburu profesional inilah, warga mengharapkan agar harimau itu bisa masuk perangkap. Intinya, warga hanya berharap harimau tidak ada lagi di kampung mereka.

"Saat pemburu diminta bantuan, disinilah pemburu membunuh harimau saat sudah dijerat. Karena, organ tubuhnya bernilai ekonomis. Dari beberapa kasus yang kami temui, sebagian besar kasus harimau masuk perangkap itu pasti dilakukan pemburu profesional. Penduduk tidak punya nyali untuk membunuh harimau," kata Sumantri.

Dia menyebut, untuk wilayah konflik di Sumatera, boleh dibilang Riau lebih tinggi dari beberapa provinsi lainnyta. Misalnya, di Sumatera Barat, Aceh, Jambi, dan Lampung.

Data Departemen Kehutanan tahun 1994, populasi Harimau Sumatera berkisar 300-400 ekor. Bila dilihat dengan tingginya konflik yang terjadi, maka ini menunjukkan indikator bahwa Harimau Sumatera semakin terancam punah.

Bayangkan, hanya dalam waktu lima tahun ada 15 ekor harimau yang mati. "Itu baru yang kita ketahui, belum lagi beberapa ekor harimau yang sengaja dibunuh oleh pemburu," sesal Sumantri.

Kantongi Surat Tugas Maju Pilgub, Bobby Nasution: Tak Perlu Daftar Lagi ke Golkar Sumut

Laporan: Hafiz Hasian l Pekanbaru

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia / MKRI

MK Juga Surati KPU dan Bawaslu, Bakal Bacakan Dua Putusan

MK bakal membacakan putusan sidang perselisihan pemilihan umum (PHPU) atau sengketa Pilpres 2024 pada 22 April 2024 mendatang.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024