Hujan Buatan Gagal Atasi Kabut Asap

Kebakaran hutan di Jambi picu kabut asap yang terbang hingga ke Riau
Sumber :

VIVAnews - Anggaran Rp3,5 miliar untuk merekayasa hujan buatan di Provinsi Jambi dinilai mubazir. Sudah sepekan lebih dilakukan upaya membuat hujan buatan di atas Jambi, namun kabut asap tebal masih menyelimuti Jambi.

Bahkan, penerbangan di Bandara Sultan Thaha Saipudin (STS) Jambi selama dua hari ini terganggu akibat jarak pandang tidak sampai 1000 meter karena kabut asap tebal di pagi hari.

Feri Irawan, Direktur Perkumpulan Hijau Jambi, menyampaikan, belum ada hasil dari hujan buatan yang sudah diupayakan Pemerintah Provinsi Jambi. "Saya pikir hujan buatan yang dilakukan ini mubazir, dan hanya menghabiskan uang negara. Jadi kebijakan tersebut tidak efektif," katanya, Selasa 18 September 2012.

Menurutnya, uang rakyat sebesar itu bisa diberikan kepada masyarakat untuk memadamkan lahan dan hutan yang terbakar, sekaligus sarana memberi penyuluhan, karena kebakaran yang terjadi di Jambi sebagian besar berada di kawasan gambut.

Feri menjelaskan, meski pun ada hujan, namun diprediksi akan gagal memadamkan kebakaran di lahat gambut. Kebakaran di lahan gambut tidak bisa dengan cara hujan buatan, mengingat gambut yang terbakar kadang kala dengan kedalaman mencapai enam meter.

"Hujan buatan untuk memadam kawasan gambut yang terbakar bukan untuk mengatasi kabut asap, bahkan sebaliknya bila disiram hujan yang jumlahnya relatif sedikit itu hanya menambah tebalnya kabut asap," ujarnya.

Sebagai upaya antisipasi, dikatakan Feri, seharusnya pemerintah melakukan verifikasi dengan kebijakan memberikan izin usaha perkebunan besar, jangan sampai memberikan izin usaha di kawasan gambut. Akibat kabut asap yang menyelimuti Kota Jambi dan sekitarnya, lalulintas penerbangan di Bandara Sultan Thaha Saipudin Jambi, kembali mengalami gangguan.

Penerbangan Ditutup


Pagi hari ini saja satu penerbangan gagal mendarat di Jambi dikarenakan jarak pandang tidak sampai 1.000 meter. Sedangkan jarak pandang aman pesawat terbang untuk mendarat, yaitu di atas 2.000 meter.

Alzog, Manajer Operasional Bandara Sultan Thaha Syaifuddin Jambi, menyebutkan semenjak dilakukan hujan buatan di Provinsi Jambi, sudah dua kali penerbangan mendarat di bandara ini. "Sudah dua hari ini pesawat pada pagi hari tidak bisa mendarat di Bandara Jambi," ujarnya.

Kurnianingsih, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jambi, mengakui jarak pandang di Jambi pada pagi hari tidak mencapai 1000 meter. "Memang jarak pandang di Jambi pagi hari tidak sampai 1 kilometer, tentu saja ini sangat menganggu penerbangan di daerah ini," katanya.

Sementara itu, Djazim Syaifullah, Ketua Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Jambi, menolak jika tim mereka dikatakan gagal mengatasi persoalan asap di Jambi, karena mereka sudah berupaya untuk melakukan penaburan garam di atas awan setiap hari, agar hujan terus terjadi di Provinsi Jambi.

"Bagaimana asap bisa hilang jika pembakaran lahan terus berlanjut. Kondisi ini perlu adanya koordinasi dengan pemerintah daerah agar bisa memberikan pengertian kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan," katanya.

Selama 11 hari ini dikatakan Djazim, proses hujan buatan masih berjalan normal di Jambi. Sekurangnya, satu ton garam disebar di atas langit Jambi setiap hari. Sampai sekarang sudah 11 ton garam yang disebarkan.

Bantah Gagal

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jambi mengakui, jika kegiatan hujan buatan yang dilakukan atas kerjasama Pemerintah daerah dengan pemerintah pusat tidak belum memuaskan, karena indikatornya titik panas (hot spot) masih tetap banyak dan asap pun masih menyelimuti udara di atas Kota Jambi dan sekitarnya.

"Saya akui memang tindakan upaya melakukan hujan buatan tidak sepenuhnya berhasil, sebab dalam perjalanan kegiatan itu banyak menemui kendala, antara lain sulitnya menemui awan cubulus untuk tempat  menaburkan garam. Tapi saya tidak sependapat bila tindakan tersebut mubazir," kata  Zubaidi AR, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Selasa 18 September 2012.

Menurut Zubaidi, pelaksanaan hujan buatan dengan menelan dana dari pemerintah pusat sebesar Rp 3,5 miliar akan dilaksanakan satu bulan penuh hingga 15 hari ke depan. Cuma saja, lebih lanjut dikemukakan Zubaidi, tim pelaksana hujan buatan yang terdiri dari pemerintah daerah dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Pengkajian Penerapan Teknologi serta pihak TNI angkatan darat, membuat hujan buatan di salah satu kabupaten, tapi titik panas muncul di kabupaten lain. "Tentu saja tujuan melakukan hujan buatan jadi kurang membuahkan hasil, terbukti titik panas kian banyak dan asap tetap menyelimuti daerah ini," ujarnya.

Berdasarkan data satelit NOAA titik panas terpantau di Provinsi Jambi pada Senin, 17 September 2012, mencapai 122 titik, meningkat sebelas kali lipat dengan sehari sebelumnya yang hanya berjumlah 11 titik. Titik panas tersebut tersebar di delapan kabupaten dari sembilan kabupaten dan dua kota di Provinsi Jambi. Terbanyak ditemui di Kabupaten Tebo, yakni 30 titik. Sedangkan, kondisi indek standar pencemaran udara di atas Kota Jambi dan sekitarnya saat ini mencapai angka 87 atau tergolong sedang, karena angka dianggap membayakan bagi kesehatan di atas angka 100. 

"Pemerintah daerah Provinsi Jambi, Riau dan Sumatera Selatan, telah berkoordinasi dalam upaya menanggulangi kabut asap, antara lain dengan kegiatan hujan buatan ini," ujar Zubaidi. (eh)

Anies Buka Peluang Maju Pilgub Jakarta: Saya Baru Satu Periode
Pemain Timnas Indonesia U-23

Bikin 2 Gol ke Gawang Korsel, Begini Kata Rafael Struick

Penyerang Timnas Indonesia U-23 Rafael Struick menilai kemenangan atas Timnas Korea Selatan U-23 adalah buah kinerja tim.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024