Warga NTT di DIY: Kami Tak Mau Dikatakan Preman

Lapas Sleman Dijaga Ketat Paska Penembakan Brutal
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita
VIVAnews -
Dikira Tewas oleh Israel, Komandan Al Quds Abu Shujaa Tiba-tiba Muncul di Pemakaman
Warga dan mahasiswa Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak akan dendam terhadap aksi penyerangan di Lapas Cebongan, yang menewaskan empat tahanan asal NTT.

KPK Ungkap Background Pejabat Pemilik Aset Kripto Miliaran

Keempat tahanan asal NTT itu terlibat pengeroyokan hingga menewaskan anggota Detasemen Pelaksana Intelijen Kodam IV Diponegoro, Serka Heru Santosa.
Kejuaraan Golf Internasional, Pj Gubernur Sumut Optimis Jadi Ajang Pembinaan Atlet


Jhon S Keban, tokoh NTT di DIY mengatakan, warga NTT akan mengedepankan pikiran sehat dan mengedepankan penyelesaian masalah secara intelektual.


"Kami tak mau dikatakan preman, tetapi kami adalah orang NTT yang mengedepankan intelektualitas. Kami akan tenang dan siap membantu aparat dalam penegakan hukum," kata Jhon S Keban, usai melakukan pertemuan dengan Kapolda DIY, Selasa 26 Maret 2013


Atas peristiwa itu, kata Jhon, akan menjadi instrospeksi diri dengan melakukan pembinaan terhadap warga NTT yang tinggal di DIY.


"Kami akan menghidupkan kembali wadah komunikasi masyarakat NTT di Yogyakarta. Sehingga ketika ada masalah maka ada suatu jalan keluar," katanya.


Dalam pertemuan dengan Kapolda yang juga dihadiri oleh tokoh-tokoh NTT dan mahasiswa NTT yang ada di Yogyakarta, pihak Polda DIY, Dandim Kota dan Sleman bertekad untuk melindungi  warga NTT yang tinggal di Yogyakarta.


"Dengan adanya jaminan tersebut maka kami imbau warga NTT yang ada di Yoyakarta kembali beraktivitas normal seperti biasanya," ucapnya.


Terkait dengan masih banyak ancaman dan teror kepada warga NTT di Yogyakarta, baik melalui SMS berantai atau pesan melalui BBM, maka pihak aparat keamanan siap menyelidiki ancaman-ancaman itu.


Pasca penyerangan terhadap empat tahanan asal NTT, warga dan mahasiswa asal NTT di Yogyakarta ketakutan. Keadaan ini diperparah dengan beredarnya pesan singkat yang berisi ancaman.


"Isi pesannya macam-macam, mulai dari akan ada
sweeping
sampai penangkapan warga NTT," ujar Ketua Ikatan Keluarga Belu NTT, Max Nani. Dalam sehari, ia bahkan bisa menerima pesan ancaman lebih dari tiga kali. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya