Kemenag: Pesantren di Indonesia Tidak Ajarkan Radikalisme

Pintu masuk Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo
Sumber :
  • Antara/ Hasan Sakri Ghozali
VIVAnews -
Live World Boxing Welter Super WBO dan WBC, Tszyu vs Sebastian Fundora Tayang Akhir Pekan di tvOne
Kementerian Agama menolak keras anggapan madrasah dan pesantren merupakan tempat untuk mengajarkan paham radikalisasi.

Daftar Tempat Charging Mobil Listrik di Tol Trans Jawa saat Mudik Lebaran 2024

Stigma ini muncul setelah penelusuran terhadap latar belakang beberapa pelaku aksi teror merupakan mantan murid madrasah atau pesantren.
Meet Nicole Shanahan, VP Candidate of the United States


Hal ini ditegaskan Sekretaris Jenderal Kemenag, Bahrul Hayat, ketika menemani Menteri Luar Negeri, Bob Carr saat berkunjung ke Madrasah Manarul Huda di Bintaro, Tangerang.


"Tidak ada satu pun madrasah yang mengajarkan radikalisasi. Saya dapat menjamin hal itu karena sistem pendidikan yang diajarkan di madrasah mengikuti sistem yang telah dibuat oleh pemerintah dan juga berlaku di sekolah umum lainnya," kata Bahrul, Kamis 4 April 2013.


Menurut Bahrul, sistem pendidikan di Indonesia sangat unik, karena mengakui satu sistem pendidikan untuk dua institusi pendidikan. Yaitu sekolah berbasiskan agama atau yang lazim disebut madrasah dan pesantren, serta sekolah biasa. Kendati berbeda, kurikulum yang digunakan di kedua institusi itu sama dan terus dipantau oleh pemerintah.


Oleh sebab itu, Bahrul menjelaskan bahwa sistem madrasah dan pesantren yang ada di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di Pakistan atau Afganistan.


"Jadi jangan bayangkan madrasah Indonesia mirip seperti yang ada di Pakistan atau Afganistan, karena di sini semuanya berada dalam sebuah sistem yang terus dipantau oleh pemerintah," tutur Bahrul.


Ketika ditanyakan banyak pelaku teror adalah alumni Pesantren Ngruki, Solo, Bahrul tidak memungkiri. Menurutnya, masih terdapat beberapa orang yang membawa pengaruh dari luar masuk ke dalam madrasah dan pesantren. Namun Bahrul memastikan hal itu sudah dicegah dengan meminta komitmen dari madrasah dan pesantren  di Indonesia.


"Saya rasa mereka ikut berkomitmen dengan apa yang diputuskan oleh pemerintah. Sehingga jika Anda memantau madrasah dan pesantren selama 24 jam pun, maka tidak akan ada hal aneh yang akan Anda temukan di sana," kata Bahrul.


Bahrul yakin bahwa isu radikalisme sama sekali tidak ada kaitannya dengan permasalahan yang terdapat di pendidikan agama Islam atau agama lainnya. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya