95 Tewas Kelaparan? Tim Kemenkes ke Papua Barat

Operasi katarak gratis di Papua
Sumber :
  • ANTARA/ Andika Wahyu
VIVAnews - Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) telah membentuk Tim bersama Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi guna menanggulangi wabah penyakit misterius di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Tim tersebut sore ini telah sampai di lokasi. 
Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Menurut Juru Bicara UP4B, Amiruddin, Tim akan langsung mengambil tindakan yang bisa diambil segera, sekaligus mengumpulkan informasi faktual di lapangan.
Perasaan Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia U-23 Singkirkan Korea Selatan

"Jarak lokasi kampung-kampung tempat diduga wabah terjadi memerlukan lima hari jalan kaki dari pusat Distrik Kwor. Untuk mempercepat waktu menjangkau lokasi, Tim menggunakan helikopter pagi tadi," kata Amiruddin dalam keterangan persnya, Senin 8 April 2014.
Christian Bautista Bakal Tampil di Konser Westlife: The Hits Tour 2024

Amiruddin mengatakan Tim UP4B telah hadir di Tambrauw sejak minggu lalu untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten. Menurut data sementara yang diperoleh Tim UP4B, pada tanggal 25 Maret 2013 Dinkes Kabupaten Tambrauw mengirimkan tim terdiri dari dua orang dokter umum, dua perawat, satu ahli gizi, satu bidan dan satu sanitarian untuk melakukan pelayanan kesehatan selama tiga hari di wilayah tersebut. Masing masing, yakni di Kampung Baddei melayani 253 pasien, Kampung Jobi Joker melayani 200 pasien, dan Kampung Kosefo melayani 53 pasien.

Sejumlah kasus penyakit yang ditemukan antara lain anemia atau yang disebabkan oleh cacingan atau in-take gizi rendah, penyakit kulit dan frambusia dikarenakan mikro organisme, sanitasi lingkungan yang jelek, perilaku tidak sehat dan faktor kemiskinan, gondok akibat kekurangan yodium, serta malaria.

"Dinas Kesehatan Kabupaten Tambrauw dan BPBD sudah mengambil tindakan dan mendapatkan informasi bahwa korban meninggal di Kampung Jocjoker tujuh orang meninggal dunia (enam orang dewasa dan seorang anak-anak), di kampung Baddei terdapat sembilan orang meninggal dunia (lima orang dewasa  dan tiga anak-anak), sedang di Kampung Kwesefo tidak ada angka kematian. Total terdapat sebanyak 16 orang, angka itu adalah kumulatif sejak Oktober 2012," ungkapnya.

Berdasarkan laporan dari anggota UP4B Drg. Hermanto Setyo Hadi, Kepala Dinas Kesehatan Tambrauw, Kepala BPBD dan aparat Polsek setempat telah menerima 15 warga masyarakat dari tiga kampung, masing-masing dari Kampung Jocjoker, Kwesefo dan Baddei. 

"Kedatangan mereka ingin menyampaikan bahwa di kampung mereka tidak ada wabah dan mereka tidak mengungsi tetapi untuk berobat ke Bikar. Itu dilakukan karena di kampung mereka tidak ada fasilitas pelayanan dan tenaga kesehatan. Jika mereka kini pindah, bukan masalah kesehatan, tetapi karena persoalan lain yang menyangkut sosial budaya," ujar dia.

Distrik Kwor memiliki satu Puskemas dengan satu dokter umum, dan delapan petugas medis lainnya. Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat telah melaporkan kepada Menteri Kesehatan berdasarkan laporan Kepala Dinkes Kabupaten Tambrauw. Saat ini Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat telah mengirimkan tenaga ahli ke Dinkes Kabupaten Tambrauw untuk memberikan pendampingan dibidang surveillance, gizi, dan penyakit menular sampai aparat setempat mampu mengatasi keadaan. 

Sebelumnya, 95 orang dikabarkan meninggal dunia di Distrik Kwoor Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, karena terjangkit penyakit busung lapar. Kurangnya tenaga medis disebut-sebut menjadi penyebab utama peristiwa itu. Kabar mengenai kematian massal di Papua Barat ini berawal dari laporan aktivis Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Menurut ormas yang beranggotakan komunitas-komunitas masyarakat adat dari berbagai pelosok nusantara ini, jenis penyakit yang diderita kebanyakan warga adalah busung lapar atau kekurangan gizi dan gatal-gatal. Wabah ini telah menyebar di beberapa kampung dan mengakibatkan ratusan warga sakit dan 95 orang meninggal dunia. (kd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya