Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews
- Masa kecil Muhammad Said, seorang siswa kelas VI SD di Situbondo, Jawa Timur, harus diisi dengan dua kegiatan, yaitu belajar dan menjadi pemulung. Dia bekerja sebagai pemulung untuk membiayai kebutuhan empat adik dan satu kakak perempuannya.
Tanpa ada rasa malu Said memulung usai sekolah. Dari memulung, ia mendapatkan penghasilan Rp20.000 per hari. Tapi itu pun tak menentu sesuai dengan barang yang dia dapatkan di sekitar jalan menuju rumahnya.
Tanpa ada rasa malu Said memulung usai sekolah. Dari memulung, ia mendapatkan penghasilan Rp20.000 per hari. Tapi itu pun tak menentu sesuai dengan barang yang dia dapatkan di sekitar jalan menuju rumahnya.
Baca Juga :
Bukan dari Palestina, Merry Asisten Raffi Ahmad Ungkap Asal-usul Bayi Lily di Keluarga Andara
Menjadi pemulung terpaksa dilakukannya untuk bisa membantu biaya hidup empat adik dan satu kakaknya. Sang ibu diketahui bekerja sebagai TKI di luar negeri, sedangkan ayahnya tidak memiliki pekerjaan tetap.
Sehari-harinya keluarga Said harus hidup serba pas-pasan. Mie dan tempe kecap jadi menu rutin santapan mereka makan. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Menjadi pemulung terpaksa dilakukannya untuk bisa membantu biaya hidup empat adik dan satu kakaknya. Sang ibu diketahui bekerja sebagai TKI di luar negeri, sedangkan ayahnya tidak memiliki pekerjaan tetap.