Bocah Jalan Puluhan Kilometer, Lari dari Kenyataan Pahit

Pekerja bocah Sulaeman dan temannya
Sumber :
  • VIVAnews/Aceng Mukaram

VIVAnews – Usianya masih belia. Tatapan wajahnya kosong. Yang tahu di pikirannya lari dari kenyataan pahit.

Adalah Sulaeman, bocah 15 tahun yang harus menanggung beratnya hidup. Ia harus merantau dari Lombok, Nusa Tenggara Barat ke Kalimantan.

Sulaeman tak sendiri. Ia bersama 102 kawan-kawannya ditawari pekerjaan enak oleh pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Bayarannya pun, menurut dia tinggi, Rp1,7 juta.

Jangan Sampai Terjerat Pinjol, Ini Tips Kelola Keuangan Lebih Cerdas

Itu sebabnya ia tak masalah bila harus membayar "administrasi" Rp350 ribu, meski dari uang pinjaman.

Nahas, impian kerja enak di Kalimantan tak ia rasakan. Ia justru disuruh jadi kuli di perkebunan kelapa sawit di Kubu Raya, Kalimantan Barat.

Tak cuma itu, gajinya pun tak sesuai kesepakatan awal. Cuma Rp1,3 juta. Belum lagi ia harus menanggung hidup sendiri, seperti makan dan tempat tinggal. Tidak bersih seperti yang ditawarkan semula.

Tentu saja ini bikin bimbang Sulaeman. Ia harus mengirim uang ke orangtuanya dan membayar utang Rp350 ribu, uang "administrasi" itu. Baginya, gaji Rp1,3 juta sudah tak ada sisa dan tak bisa diteruskan lagi.

Pikiran bulat. Ia nekat lari dari perkebunan itu. Bersama temannya ia menyusuri jalan puluhan kilometer. Tak ada uang.

Di tengah jalan mereka kelaparan. Mereka jual pakaiannya satu per satu untuk makan.

Tapi, perjalanan belum usai. Bekal sudah habis. "Saya makan dedaunan. Apa pun itu, yang penting bisa menahan lapar," katanya.

Setelah beberapa hari, ia sampai di Pontianak. Mereka ditampung satu lembaga swadaya masyarakat di sana. Impiannya juga masih bulat: tetap pulang. (art)

UOB Media Literacy Circle

Rendahnya Literasi Keuangan Picu Meningkatnya Korban Pinjol Ilegal

Tingkat Literasi keuangan yang rendah di Indonesia bagaikan bom waktu yang siap meledak. Hal ini terbukti dengan semakin maraknya kasus masyarakat yang terjerat pinjol

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024