Di New York SBY Dapat Anugerah, di Bekasi Demo Tolak Ahmadiyah

Demonstrasi tuntut penutupan gereja di Kota Bekasi
Sumber :
  • VIVAnews/ Erik Hamzah
VIVAnews
Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi
- Ratusan orang yang sebagian mengaku warga Kampung Mangseng RT 3/RW 24, Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat, berdemonstrasi di depan Kantor Wali Kota Bekasi, Jumat sore 31 Mei 2013. Mereka menuntut penutupan tiga gereja.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Puluhan petugas Polresta Bekasi Kota dan Satpol PP Kota Bekasi terpaksa membubarkan massa yang memblokir jalan, karena khawatir menimbulkan kemacetan yang parah. Beruntung keributan tidak berlangsung lama, setelah pimpinan aksi bersedia mengajak massa untuk berdemo secara tertib di depan gerbang kantor Wali Kota.
Mak Vera Tepati Janji, Datang ke Makam Olga Syahputra Tengah Malam


Aksi itu dilakukan, untuk mendesak Pemerintah Kota Bekasi segera mengambil langkah tegas, terkait maraknya gereja tak berizin di Kampung Mangseng, Bekasi Utara. Arifin, Ketua Forum Umat Islam (FUI) Bekasi Utara, menyebutkan, setidaknya ada tiga gereja yang telah disegel di Kampung Mangseng RT 3/RW 24 di antaranya Gereja Pantekosta, Gereja Kristus Rahmani Indonesia, dan Gereja Huria Kristen Batak Protestan.


“Tiga gereja itu sudah disegel karena tidak punya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sejak 12 Februari 2013, tapi hingga kini belum ada eksekusi pembongkaran dari Pemkot Bekasi. Harusnya setelah disegel, satu bulan kemudian sudah bisa eksekusi. Tapi ini sudah setahun lebih dibiarkan,” ujarnya, Jumat 31 Mei 2013.


Arifin sendiri meminta ada tindakan tegas yang diambil Pemkot Bekasi, sebab hingga kini jemaat di gereja tersebut, masih tetap melakukan peribadatan. Namun, lokasinya di halaman gereja yang disegel. “Menurut kami itu, sebagai bentuk provokasi kepada warga. Pemkot Bekasi kami desak segera mengevakuasi jemaat gereja, dan carikan lokasi gereja di tempat lain. Jangan di kampung kami,” katanya.


Tuntut Pembubaran Ahmadiyah


Dalam aksi itu, massa pengunjukrasa juga mendesak agar Pemkot Bekasi segera mengambil langkah tegas terhadap keberadaan Jemaat Ahmadiyah di Bekasi. Mereka minta Ahmadiyah dibubarkan dan ajarannya dilarang karena tidak sesuai dengan syariat Islam. “Masjid milik Ahmadiyah di Jatibening Pondok Gede, sudah disegel. Kami minta segera ditertibkan,” ujar Nanang Seno, Ketua FUI Kecamatan Mustikajaya.


“Penertibannya seperti apa? Itu teknis tanggung jawab Pemkot Bekasi. Pokoknya, kami minta Pemkot Bekasi melaksanakan hasil ikrar bersama antara ulama dan umaro beberap waktu lalu,” katanya.


Aksi unjukrasa awalnya berlangsung di depan gerbang kantor Wali Kota Bekasi. Namun, oleh petugas keamanan mereka diperbolehkan masuk hingga ke depan lobi kantor Wali Kota. Perwakilan pengunjukrasa akhirnya diterima oleh Asisten Daerah (Asda) I, Jumhana Lutfi untuk melakukan dialog.


Demonstrasi ini tak sampai sehari setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima anugerah negawaran dunia (
world statesman award
) di markas Yayasan Appeal of Conscience kota New York, Amerika Serikat, Kamis malam waktu setempat atau Jumat pagi WIB. Penghargaan itu diberikan langsung oleh pendiri yayasan lintas keyakinan tersebut, Rabbi Arthur Schneier, dan mantan Menteri Luar Negeri AS, Henry Kissinger.


Dalam sambutannya, SBY mengatakan penghargaan ini bukan ditujukan bagi dirinya semata, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. “Saya berharap dapat terus menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera,” kata SBY.


Penghargaan ini menuai kritik dari banyak kalangan. Kritik pertama dilayangkan oleh profesor filsafat Romo Franz Magnis-Suseno. Romo Magnis bahkan melayangkan sebuah surat langsung kepada AoCF dan mempertanyakan dasar pemberian penghargaan bagi SBY. Dalam suratnya itu, Franz menilai rencana pemberian penghargaan kepada SBY hanya akan mempermalukan organisasi itu sendiri.


Kritik lainnya juga dilayangkan oleh kelompok Human Rights Watch (HRW) yang menyatakan tindakan penyerangan terhadap kaum minoritas di Indonesia masih tergolong tinggi. Dalam laman
Times of Israel
, mereka mengatakan bukti kegagalan pemerintah RI terlihat dari masih adanya tindak kekerasan terhadap umat Kristiani, Muslim Syiah, dan pengikut Ahmadiyah. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya