Apa Uniknya Masjid Cheng Hoo di Surabaya

Masjid Muhammad Cheng Hoo di Surabaya
Sumber :
  • VIVAnews/ Tudji Martudji

VIVAnews - Tak jauh beda dengan masjid lain pada umumnya, aktivitas menunggu datangnya bedug Maghrib juga terlihat di sini, di Masjid Cheng Hoo yang terletak di Jalan Gading No 2 Surabaya. Setiap hari tak pernah sepi dari aktivitas jamaah.

3 Jenderal Hantu Laut Pamit Tinggalkan Marinir, Salah Satunya Intelijen Kakap TNI

Usai menjalankan salat, banyak yang melanjutkan dengan membaca Alquran, zikir dan ada yang sekadar melepas lelah. Bagi yang pertama datang dan melihat masjid ini, kesempatan 'ngabuburit' dipakai melihat-lihat masjid, dan membaca sejarah yang tertempel di dinding.

"Saya asal Malang, lima bulan lalu pindah kerja ke Surabaya, dan kantor di Jalan Kusuma Bangsa jadi kalau salat di masjid ini, karena dekat," ujar Haryadi ditemui VIVAnews di areal masjid, Selasa 16 Juli 2013.

Lelaki bujangan itu mengaku kagum melihat Masjid Cheng Hoo, dan kesempatan itu pun tak disia-siakan. Usai salat Asar, bersama tiga rekannya menyempatkan diri membaca prasasti sejarah keberadaan masjid yang dibangun warga Tionghoa yang masuk Islam dan kemudian dikenal sebagai Muhammad Cheng Hoo.

Tak hanya Haryadi, jamaah lain juga melakukan hal sama, seakan tak mau ada sudut informasi yang terlewati. Masjid ini memiliki bangunan unik, bentuknya serupa klenteng, yang didominasi warna merah dan kuning, dipadu ornamen khas Tiongkok. Bedanya, ada lafal huruf Arab sebagai pembeda, kalau bangunan ini adalah masjid.

Sebelah kanan, di lokasi wudhu wanita ada relief Cheng Hoo dengan latar gambar relief batu sebuah kapal yang ditumpangi Cheng Hoo, hingga sampai ke tanah Jawa.

Tiru Masjid di Beijing

Masjid Cheng Hoo ini, diresmikan oleh Menteri Agama Said Agil Husin Munawar pada 28 Mei 2003, sementara pembangunannya dimulai 15 Oktober 2001, atas gagasan HMY Bambang Sujanto dan teman-temannya dari PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia).

Rancangan awal Masjid Mohammad Cheng Hoo Indonesia ini diilhami dari bentuk Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Kemudian pengembangan disain arsitekturnya dilakukan oleh Ir. Aziz Johan (Anggota PITI dari Bojonegoro) dan didukung oleh tim teknis : HS. Willy Pangestu, Donny Asalim, SH., Ir. Tony Bagyo serta Ir. Rachmat Kurnia dari jajaran pengurus PITI Jatim dan Yayasan Haji Mohammad Cheng Hoo Indonesia.

Dan, tercatat sebagai pendiri HMY Bambang Sujanto, H Abdul Chalim Mz, H Ali Suseno Andy, HM Luthfillah Masduqie, H Anshari Tayib, Trisna Adi Tantiono, A Syaukanie Ong, H Burnadi, Fauzan Adjie Chendra, Ma'mun Hasan, Guntur Salahuddin, Abdurrachman Djoko Wijaya.

Usai berkeliling, jamaah duduk di depan bangunan masjid, sebuah lapangan yang rapi disekat antara jamaan wanita dan pria. Menunggu maghrib, jamaah telah disiapkan hidangan.

"Untuk membatalkan puasa, atau berbuka lebih dulu diberikan teh manis dan kurma atau jajanan lain. Setelah itu, agar tertib, nasi bungkus diberikan usai salat Maghrib," ujar salah seorang takmir.

Tak kurang dari 60 hingga 70 orang jamaah yang datang setiap hari, untuk berbuka dan salat maghrib. Mereka mengaku senang, khususnya yang belum pernah datang ke sini. "Saya sengaja datang, selain untuk berbuka puasa dan salat, juga ingin melihat langsung dan mengetahui sejarah Masjid Cheng Hoo," ujar Haryadi. (umi)

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, saat memimpin pemusnahan 11 jenis komoditi impor ilegal dengan nilai pabean mencapai Rp 9,33 miliar, di wilayah Citereup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis, 28 Maret 2024.

Perdagangan Pakaian Bekas Impor Kembali Marak, Mendag Zulhas: Tunggu Tanggal Mainnya!

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan, pihaknya kembali menyelidiki kembali maraknya perdagangan pakaian bekas hasil impor.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024