Desa Tenganan yang Tak Mengenal Nyepi

VIVAnews - Nyepi sebagai momentum waktu datangnya Tahun Baru Saka 1931 tidak tampak dirayakan di di sebuah desa tradisional di Kabupaten Karangasem Bali.

Memasuki Desa Tenganan Pagringsingan, Rabu 25 Maret 2009, nuansa Bali sangat kental terasa. Maklum, desa ini adalah salah satu desa kuno Bali dengan penduduk asli Bali. Sebagai desa Bali kuno, warga desa Tenganan tidak mengenal perayaan Nyepi seperti warga Bali lainnya.

Aktivitas tujuh ratus kepala keluarga di desa ini berjalan seperti biasa, terutama menenun kain dan menulis di atas kertas lontar. Dua pekerjaan ini memang sudah menjadi ciri khas penduduk setempat.

Menurut Bendesa Adat Tenganan, Nengah Timur, warga di kampungnya adalah penganut sekte Dewa Indra. Berbeda dengan warga Bali lainnya yang merupakan keturunan Majapahit, jelas Nengah, warga Tenganan adalah Bali asli. "Sehingga kami tidak mengenal Nyepi," kata dia.

Bahkan, warga desa pun tidak mengenal Pura Kahyangan Tiga, yaitu Tiga Pura yang harus dimiliki kampung di Bali sebagai warisan Mpu Kuturan dari Majapahit.

Meski tidak melaksanakan Catur Brata Penyepian, umumnya warga Tenganan yang merantau akan pulang saat perayaan Nyepi. Keempat Catur Brata itu adalah empat aturan, yakni tidak bekerja, tidak menyalakan api, tidak bepergian, dan tidak bersenang-senang.

Warga Desa Tenganan memanfaatkan Nyepi sebagai momen untuk berkumpul dengan keluarga sebagai bagian dari tradisi nenek moyang. "Juga untuk menghormati perayaan Nyepi warga Bali lainnya," kata dia.

Sejarah Tercipta Thomas Cup dan Uber Cup, Sempat Tertunda Gegara Perang Dunia II

Laporan : Agus Astapa (ANTV) | Bali

Pepaya

Heboh Aksi Pedagang Buang Puluhan Ton Buah Pepaya, Ternyata Ini Penyebabnya

Buah pepaya yang dibuang oleh pedagang ini diduga dalam kondisi masih layak untuk dikonsumsi dan ada juga yang sudah busuk, sehingga menumpuk diakses jalan depan los buah

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024