Percakapan Mun’im Idries dengan Eks Kabareskrim Soal Munir

Memperingati Munir
Sumber :
  • Antara/Fanny Octavianus

VIVAnews – Almarhum Mun’im Idries mendokumentasikan berbagai kasus pembunuhan yang ia tangani dalam buku berjudul Indonesia X-Files, Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno sampai Kematian Munir. Sebagai salah satu ahli forensik paling handal di negeri ini, Mun’im terlibat dalam investigasi berbagai kasus pembunuhan besar yang menyedot perhatian publik.

Kisah Mun’im ketika dilibatkan Polri dalam menyelidiki kematian aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib juga ia tuangkan dalam bukunya. Mun’im bercerita bahwa di tengah penyelidikan kasus Munir, ia dipanggil oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri yang menjabat saat itu, Komisaris Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri.

“Dokter, ini untuk Merah Putih,” kata Bambang kepada Mun’im. Ahli forensik itu bingung dan balik bertanya, “Kenapa Pak?” Barulah Bambang menjelaskan betapa krusial kasus Munir bagi Indonesia. “Kalau kita tidak bisa memasukkan seseorang ke dalam tahanan sebagai pelaku, dana dari luar negeri tidak cair karena dia tokoh HAM. Obligasi kita juga tidak akan laku Dok,” ujar Bambang.

Munir meninggal di dalam pesawat Garuda Indonesia pada penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam, 7 September 2004. Munir ke Belanda untuk melanjutkan studi S2 bidang hukum di Universitas Utrecht. Namun ia justru menghembuskan nafas terakhir di atas langit Rumania. Kasus ini menghentak publik tanah air, dan hingga kini pun belum terungkap siapa dalang di balik pembunuhan Munir.

Pilot Garuda Indonesia Pollycarpus Budihari Priyanto yang bertugas di pesawat Munir selanjutnya menjadi tersangka pelaku pembunuhan dan divonis 20 tahun penjara. Pollycarpus sempat bebas karena awalnya polisi meyakini pembunuhan dilakukan di atas pesawat, saat Pollycarpus mengemudikan pesawat di kokpit.

Namun kecurigaan Mu’min Idries saat itu membuat sudut penyelidikan diubah. Ahli forensik itu mempertanyakan kenapa beberapa waktu sebelum pesawat terbang, Pollycarpus justru ditugasi Dirut Garuda saat itu untuk mengecek roda pendaratan pesawat yang macet di Bandara Changi Singapura.

Mun’im heran kenapa Dirut Garuda sampai harus mengirim seorang pilot senior Airbus 330 hanya untuk mengecek roda pesawat. Menurut dia, seharusnya mekanik pun cukup. “Lebih aneh lagi, Pollycarpus tiba malam hari di Singapura, hanya berada 4 atau 5 jam di Singapura, dan kembali dengan pesawat paling pagi ke Jakarta,” kata Mun’im.

“Apakah mungkin pengecekan dilakukan tengah malam ketika otoritas Bandara Changi lelap tidur?” tulis Mum’im dalam bukunya. Mun’im semakin curiga karena CCTV Bandara Soekarno-Hatta pada waktu-waktu itu hanya dua yang aktif.

Kecurigaan Mun’im bertambah kuat saat penyelidikan menyebut pesawat Garuda yang hendak ditumpangi Munir ke Changi juga terus mengalami penundaan. Belakangan diketahui pesawat Munir terlambat berangkat karena menunggu pesawat Garuda lain yang datang dari Singapura. “Pesawat dari Singapura itu berisi Pollycarpus,” kata Mun’im.

Penyelidikan berlanjut dan akhirnya diketahui sang pilot ternyata mengajak Munir minum di Coffee Bean Bandara Changi, Singapura, ketika pesawat yang ditumpangi Munir dan ia piloti transit di Changi. Setelah minum bersama Pollycarpus di Changi itulah Munir kemudian mengeluh sakit perut dan meminta obat maag. Munir kemudian muntah, kejang-kejang, dan meninggal di atas pesawat.

Meskipun Pollycarpus sudah dipenjara, Mun’im masih terus bertanya-tanya. “Urusan apa Pollycarpus menghabisi Munir? Kalau memang dia ditugaskan menghabisi Munir, oleh siapa?” tulis Mun’im.

RS Polri Sebut Jasad Kebakaran Toko Frame Mampang Luka Bakar Sampai 100 Persen

Pertanyaan Mun’im itu hingga akhir hayatnya kini, Jumat 27 September 2013, belum juga terjawab. Mun'im wafat di usia 66 tahun karena komplikasi penyakit kanker pankreas, jantung, dan diabetes. (eh)

Baca juga:

Kemenkominfo mengadakan kegiatan talkshow chip in

Kemenkominfo Mengadakan Kegiatan Talkshow "Promosi Budaya Indonesia Lewat Konten Digital"

Kemenkominfo mengadakan kegiatan talkshow chip in “Promosi Budaya Indonesia Lewat Konten Digital” pada tanggal 19 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024