HUT Ke-5 VIVA.CO.ID

Dirut Bank Mandiri: Saya Merindukan Good Journalism

Budi G Sadikin
Sumber :
  • Bank Mandiri

VIVAnews - Akun Twitter @BudiGSadikin tidak terlalu sering berkicau, tetapi sigap merespons keluhan pelanggan.

Man Utd Incar Penyerang Tua yang Bela Real Madrid

“Kadang saya memonitor via mention, lantas meminta akun resmi produk Bank Mandiri untuk menanggapi dan menindaklanjuti,” kata direktur utama Bank Mandiri ini. Sebelum diangkat menjadi nahkoda bank terbesar di Indonesia itu, Budi menjabat direktur mikro dan ritel Bank Mandiri. 

Perbankan bukan profesi yang pertama kali digeluti Budi, selepas lulus kuliah sebagai sarjana fisika nuklir di Institut Teknologi Bandung.  Awalnya ia bekerja sebagai staf teknologi informasi di IBM Asia Pasifik, Tokyo, Jepang. Sukses sebagai staf, ia dipindah ke IBM Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Systems Integration & Professional Services Manager hingga 1994.

Ekonomi Tumbuh 5,6% di 2024, Pemprov DKI Yakin Bisa Atasi Inflasi

Budi mengawali karirnya sebagai bankir saat ia pindah ke Bank Bali yang kemudian diubah menjadi Bank Permata. Di sana ia memegang sejumlah jabatan yakni General Manager Electronic Banking, Chief General Manager wilayah Jakarta, dan Chief General Manager Human Resources.

Pasca reformasi, tahun 1999 Budi direkrut bank asing, ABN Amro Bank Indonesia. Jabatan terakhirnya di bank itu yakni Direktur Consumer Banking hingga 2004. Kemudian ia bergabung dengan Bank Danamon sebagai Executive Vice President Consumer Banking dan Direktur di Adira Quantum Multi Finance. Akhirnya di 2006, Budi bergabung ke Bank Mandiri.

Polisi Sebut Kecelakaan Beruntun di GT Halim Libatkan 9 Kendaraan

Dalam rangka ulang tahun VIVA.co.id, Budi G. Sadikin berbagi pengalaman terkait interaksinya dengan media. Berikut petikan wawancara wartawan VIVA.co.id, dengan bankir kelahiran tahun 1964 itu.

 

Pengalaman pertama berurusan langsung dengan media?

Sekitar tahun 1999. Saat itu saya bekerja di  Bank ABN Amro. Karena bank asing yang beroperasi di Indonesia, maka saya berhubungan dengan media asing juga. Saat itu hubungan saya dengan media sifatnya dua sisi, yakni sebagai pengguna dan yang digunakan. Sebagai pengguna karena kami  memanfaatkan media sebagai alat promosi lewat pemasangan iklan. Sebagai yang digunakan oleh media karena kami diwawancarai media untuk segala isu, tidak hanya menyangkut perbankan, melainkan juga masalah ekonomi lainnya.

Ketika itu apa pengalaman menarik berhubungan dengan media?

Saat itu ABN Amro punya divisi kehumasan yang lumayan bagus. Saya yang baru bergabung dengan bank itu diikutsertakan dalam pelatihan bagaimana cara berhubungan dengan media. Jadi memang ada penyiapan. Salah satu prinsip yang masih saya ingat dan saya terapkan sampai kini adalah, harus fokus pada agenda yang ingin kita sampaikan, dan jangan mudah terpancing dengan agenda yang dibawa wartawan atau medianya hahahaha...

Sekarang di bank pelat merah, Bank Mandiri.  Apa perbedaannya dengan di bank asing?

Jelas, intensitas dan ekstensitas hubungan berbeda. Lebih sering berhubungan dengan media. Hubungan juga lebih dalam karena bentuk kerjasamanya sangat beragam, tidak hanya sekedar menjalin relasi dan penyampaikan informasi perkembangan bank.  Sebagai bank yang besar di negeri ini kami membangun sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat lebih dari sekedar melaksanakan fungsi intermediasi bank. Dalam konteks ini pun harus berhubungan dengan media. Jadi, ada pendalaman. Tema wawancara pun kian beragam. Jenis masalah yang dihadapi pun berbeda. Sebagai direksi di Bank Mandiri, urusan dengan media menyangkut soal bisnis, hingga non bisnis, termasuk isu terkait legal. Misalnya masalah Bank Century sampai  isu yang diangkat oleh yang menamakan dirinya “Jilbab Hitam” hehehe..

Di era media digital saat ini, di mana peran media baru termasuk online media kian besar, adakah perubahan cara merespon dan berhubungan dengan media?

Totally different. Berbeda banget. Berbeda dari cara merespons, sekarang harus cepat dan tepat. Lambat merespons, informasi yang tidak menguntungkan tersebar tanpa koreksi. Dulu, ketika era media tradisionil, kita merespons keluhan pelanggan melalui surat pembaca. Sederhana, dan biasanya selesai. Surat pembaca dimuat di media yang memuat keluhan pelanggan. Sekarang, di era media digital, kita tidak cukup merespons di media yang bersangkutan. Informasi kan cepat menyebar di dunia maya. Perlu menggunakan saluran komunikasi yang mengandalkan kecepatan. Termasuk di online media seperti VIVA.co.id. Kami juga membentuk akun di media sosial, dengan peruntukan yang berbeda-beda sesuai dengan layanan Bank Mandiri. Ini semua untuk cepat merespons keluhan pelanggan dan mengontrol penyebaran informasi terkait korporasi.

Itu sebabnya Anda dan direksi Bank Mandiri aktif di Twitter?

Hahaha. Saya kan belum lama main Twitter. Awalnya sih karena Pak Dahlan Iskan aktif di Twitter. Beliau kan Menteri Negara BUMN, yang menaungi bisnis Bank Mandiri selaku bank milik pemerintah. Nah, ternyata pelanggan kami sering mention ke akun Pak Dahlan Iskan terkait layanan Bank Mandiri. Saya diberitahu soal ini oleh teman-teman yang sudah aktif di Twitter. Saya pikir, perlu juga membuka akun Twitter, sekaligus untuk cepat merespons para pelanggan itu. Itu awal mulanya mengapa saya main Twitter juga. Ternyata banyak manfaatnya. Media sosial itu bermanfaat untuk promo produk, pemasaran layanan, layanan pelanggan, riset pelanggan dalam  beragam aspek. Lewat media sosial pula kami bisa melakukan kontrol  pengelolaan sumber daya manusia. Saya bisa memonitor karyawan Bank Mandiri, bagaimana mereka berkomunikasi kepada masyarakat, khususnya pelanggan. Ada yang potensinya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan. Media sosial ini sarana komunikasi yang menjunjung tinggi truth, kebenaran.  Paling cepat, jujur, dan murah. Masih ingat kasus taksi Ferrari yang ramai di media sosial? Karena yang meramaikan media sosial, kami juga merespons via media sosial.

Bagaimana Anda mengkonsumsi informasi?

Ya, namanya sudah kebiasaan lama, tiap pagi saya masih baca koran. Nonton televisi. Sesudah itu saya memonitor perkembangan informasi melalui online media. Itu yang paling cepat kan? Biasanya saya ikuti via akun Twitter mereka. Bisa dikatakan memang kecenderungan sekarang konsumsi informasi melalui online media meningkat. Jadi, saya sepakat bahwa bisnis online media memiliki potensi. Arahnya memang ke sana.

Harapan Anda terhadap VIVA.co.id?

Selamat ya, sudah melewati lima tahun pertama dan terus berkembang. Saya merindukan good journalism di online media. Saya berharap VIVA.co.id bisa meneruskan semangat itu. Saya sepakat bahwa pengguna internet makin banyak, konsumsi informasi via media digital makin tinggi, tetapi saya berharap aspek kecepatan yang menjadi ciri utama tidak mengendurkan semangat mempertahankan jurnalisme yang berkualitas. Menurut saya, justru VIVA.co.id bisa membantu masyarakat untuk menyajikan informasi yang benar dan akurat, di tengah jutaan informasi di internet. Kalau ini bisa dilakukan, saya percaya VIVA.co.id akan makin dihargai oleh publik.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya