Peneliti UGM Ciptakan BBM dari Limbah Sawit

BBM Alternatif
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita
VIVAnews - Ampas tandan kosong kelapa sawit dan ampas tebu yang selama ini menjadi limbah yang mencemari lingkungan, disulap peneliti dari Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada ini menjadi bahan bakar alternatif pengganti energi fosil. Dia adalah Prof. Ir. Arief Budiman, M.S., D.Eng, yang telah melakukan penelitian ini selama dua tahun. 
Mensos Risma Berikan Pesan ke Konten Kreator: Tidak Usah Takut untuk Melangkah!

“Kini kedua ampas tersebut dapat menghasilkan gasoline dan kerosene yang merupakan sumber bahan bakar dari premium, minyak tanah dan avtur," kata Arief di Yogyakarta, Jumat 3 Januari 2014.
Pemerintah Harus Antisipasi Kebijakan Ekonomi-Politik Imbas Perang Iran-Israel

Dia menggunakan teknologi Integrated Authothermal Technology untuk mengkonversi biomassa menjadi bahan bakar minyak.
Prediksi Premier League: Fulham vs Liverpool
 
Sebelum menggunakan ampas tandan kosong kepala sawit dan ampas tebu, Arief pernah menggunakan bahan biomassa dari sumber yang lain. Namun akhirnya dia memilih tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku.
 
Alasannya, Indonesia merupakan produsen kelapa sawit nomor dua di dunia. "Namun pada proses pengambilan minyak CPO dari kelapa sawit dihasilkan limbah padat, sekitar 30-40 % berupa tandan kosong, cangkang, pelepah dan batang sawit,” katanya.
 
Menurutnya, produksi di Riau saja, berkisar 6 juta ton per tahun di mana limbahnya berkisar 1,8-2,4 juta ton. Menurutnya, limbah ini bisa dimanfaatkan untuk engine fuel karena limbah biomassa ini mengandung senyawa sellulosa, hemiselulosa dan lignin.
 
BBM Alternatif

Profesor Teknik UGM menunjukkan alat produksi bahan bakar berbahan limbah.

Lewat Integrated Authothermal Technology, Arief bersama rekan peneliti lainnya mengembangkan teknologi autothermal yang merupakan kombinasi pirolisis cepat dan lambat serta tidak perlu menggunakan sumber panas dari luar. 

Alat yang berupa reaktor pirolisis, cyclone - untuk memisahkan hasil gas dan padat, dan condenser untuk mengembunkan gas hasil.

Dari proses pirolisis limbah padat ini nantinya dihasilkan gas yang berupa bio-oil.  Kemudian bio-oil diubah lagi jadi gasoline dan kerosene melalui proses cracking dengan menggunakan katalis berbasis limbah biomassa atau oksidasi parsial.
 
Dari alat yang dibuat Arief ini, sebanyak 2 kilogram ampas tandan kosong kelapa sawit mampu menghasilkan 80 mililiter bio-oil lewat proses pirolisis selama 2 jam. Selanjutnya, proses perengkahan atau pemisahan bio-oil menjadi gasoline dan kerosene hanya dibutuhkan waktu singkat 30 menit.
 
Untuk kapasitas yang lebih besar tentu membutuhkan alat yang lebih besar pula. 

Mereka tengah mencoba menawarkan ke pemerintah atau industri untuk bekerjasama mengembangkan tekhnologi pengembangan biomassa sebagai sumber bahan bakar baru dan terbarukan.
 
“Dari sisi SDM, Indonesia tidak kalah saing dengan negara lain. Sekarang tergantung niat dan komitmen dari pemerintah,” ujarnya. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya