Istana Bantah Ada Diskriminasi Penanganan Bencana

Presiden SBY tinjau lokasi banjir di Jatinegara
Sumber :

VIVAnews - Staf Khusus Presiden bidang Bencana Alam dan Bantuan Sosial, Andi Arief, menjawab kontroversi mengenai penanganan bencana yang dilakukan Pemerintah saat ini. Dia membantah keras ada diskriminasi Pemerintah dalam penanganan bencana. 

"Seperti kita ketahui ada beberapa bencana merusak baik tsunami, gempa, banjir, letusan gunung api sejak 2004 hinga hari ini," kata Andi Arief dalam rilis yang diterima VIVAnews, Rabu, 22 Januari 2014.

Menurutnya, ada dua hal yang dilakukan Presiden SBY dalam setiap bencana yang terjadi di tanah air. Pertama, mengambil keputusan cepat tentang status bencana dan siapa yang bertanggung mengatasi masa tanggap darurat. Kedua, mengunjungi wilayah yang dilanda bencana.

Dia menjelaskan, satu-satunya musibah yang dinyatakan sebagai bencana nasional adalah tsunami dahsyat 2004 yang tidak hanya melumpuhkan wilayah Aceh dan Pemerintahannya.

Saat menetapkan itu, Presiden SBY sedang berada di Jayapura untuk menengok pengungsi akibat gempa Nabire. Karena belum ada UU bencana alam waktu itu, Presiden SBY langsung mengeluarkan instruksi.

Pengendalian operasi tanggap darurat adalah Wapres sebagai ketua Bakornas Penanggulangan Bencana (PB). Panglima TNI juga diminta untuk cepat melakukan operasi kemanusiaan dan operasi tanggap darurat. Sementara Bulog diinstruksikan mempersiapkan bantuan logistik.

Tak hanya itu, Presiden SBY juga menyambut baik spontanitas bantuan masyarakat dan mempersilahkan bantuan kemanusiaan dari berbagai negara.

"Apakah letusan Merapi ditetapkan sebagai bencana nasional? Tidak dinyatakan sebagai bencana nasional namun ada pengendalian BNPB dan fungsi Pemda/Pemkab tetap berjalan," katanya.

Presiden SBY menurut Andi Arief, juga akan menyampaikan solusi permanen yang tetap memfungsikan pemerintahan lokal untuk erupsi Sinabung. Sebagai contoh, ada lima keputusan Presiden soal penanganan Merapi.

Kendali operasi tanggap darurat mulai hari itu satu komando berada di tangan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dibantu Gubenur DI Yogyakarta, Gubernur Jawa Tengah, Pangdam IV Diponegoro, Kapolda Jateng, dan Kapolda DIY.

Unsur pemerintah pusat diajukan, dipimpin Menko Kesra, untuk memastikan agar bantuan dari pemerintah pusat bisa lebih cepat, tepat, dan terkoordiansi lebih baik.

TNI saat ini telah melakukan persiapan. Akan dikerahkan satu brigade penanggulangan bencana, dipimpin Brigadir Jenderal yang terdiri dari batalyon kesehatan, batalyon semi-tempur untuk konstruksi, batalyon infantri, batalyon marinir, serta batalyon perbekalan dan angkutan.

Personel TNI tersebut bertugas membangun fasilitas rumah sakit lapangan, di samping mengaktifkan fasilitas semua rumah sakit yang ada di daerah itu, serta membangun dapur-dapur umum. Personel TNI juga memobilisasi angkutan untuk mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. Koordinasi berada di bawah Kepala BNPB.

Polri dikerahkan dan menugaskan satuan tugas penanggulang bencana untuk mengatur lalu-lintas dan pengamaan kepada masyarakat. Satgas ini juga di bawah Kepala BNPB.

Presiden menugaskan Menko Kesra dibantu Gubernur DIY dan Gubernur Jateng serta para bupati daerah bersangkutan untuk membeli ternak para penduduk dengan harga pantas karena selama ini penduduk dinilai merasa berat meninggalkan rumahnya karena terbebani ternak mereka. Kalaupun ada yang membeli, harganya murah sekali.

Untuk membantah adanya perlakuan diskriminasi, ini lokasi bencana yang telah dikunjungi Presiden SBY sejak 2004:

1. Pada Natal 25 Desember 2004, mengunjungi korban gempa di Nabire. 

2. 28 Desember 2004 dan selanjutnya berkali-kali berkantor dan mengunjungi Aceh, pertemuan internasional sampai selesainya rehabilitasi. 

3. 13 Januari 2005, mengunjungi korban tsunami Nias.

4. 12 April 2005, mengunjungi korban gempa bumi Sumatera Barat.

5. 5 Januari 2006, mengunjungi korban bencana banjir Jember.

6. 17 Maret 2006, mengunjungi korban bencana di Kabupaten Buru.

7. 16 Mei 2006, mengunjungi Merapi dan meninjau kesiapan menghadapi letusan ke Pakem dan Muntilan. 

8. 21 Juli 2006, mengunjungi korban gempa dan tsunami Pangandaran dan Cilacap.

9. 17 September 2007, mengunjungi korban gempa ke Muko-Muko Bengkulu dan Pesisir Selatan.

Hormati Putusan MK, Eks Ketum PB HMI: Saatnya Bekerja untuk Indonesia Maju

10. 27 Oktober 2010 mengunjungi korban tsunami Mentawai.

11. 15 Maret 2007 mengunjungi lokasi bencana di Manggarai NTT.

Brigjen Nurul Bicara Strategi STIK Lemdiklat Cetak Pemimpin Polri yang Mumpuni

12. 18 April 2007, mengunjungi pengungsi Gunung Talang.

13. 25 Oktober 2007 mengunjungi dan bermalam dengan pengungsi Gunung Kelud.

Operasi Perdamaian Dunia, Mabes TNI Akan Kirim 1.025 Prajurit Pilihan ke Kongo


14. 21 Januari 2009, mengunjungi korban gempa Sorong Irian Barat.

15. 2-5 Oktober 2009, mengunjungi korban gempa di Sumatera Barat.

16. 6 September 2010, mengunjungi pengungsian letusan Gunung Sinabung.

17. 11 Oktober 2010, mengunjungi korban banjir bandang Wasior dan Manokwari.

18. 2-3  November 2010, mengunjungi pengungsian Merapi.

19. 5-8  November 2010, memastikan pengamanan dan bantuan terhadap hampir 500 ribu pengungsi dalam radius 20 km 

20. 27 Oktober 2010 mengunjungi korban tsunami Mentawai. (eh)


Jordi dan Ruben Onsu

Jordi Onsu Mengaku Sering Minta Maaf dan Mengalah ke Ruben Onsu

Jordi Onsu menambahkan bahwa meskipun ia mengakui tindakannya untuk selalu mengalah, namun menurutnya, sikap itu dianggap lebih bijaksana dalam menjaga kedamaian.

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024