Siaga, Gunung Rokatenda, Karangetang dan Lokon Terus Dipantau

Letusan Gunung Lokon Senin (25/3/2013).
Sumber :
  • ANTARA/Fiqman Sunandar
VIVAnews
Rumah Modular Jadi Solusi Tekan Konsumsi Energi pada Bangunan, Simak Penjelasannya
-Sebanyak 22 gunung api di Indonesia berada di atas normal. Dua gunung dalam status tertinggi atau Awas (level IV), tiga gunung dalam status Siaga dan sisanya juga beraktifitas dengan status Waspada.

AKBP Roy: Ledakan Hebat di Perumahan Elit Medan Murni Gas, Bukan Bom

Berada pada cincin api atau
PDIP Bakal Pantau Gaya Kepemimpinan Prabowo
ring of fire dengan keberadaan gunung yang tersebar di kepulauan dan luat, Indonesia sangat berpotensi dilanda bencana tektonik. Dibutuhkan kewaspadaan, kepedulian dan kearifan dari semua pihak dalam menanggulangi bencana yang terjadi.

Ketidakpatuhan warga dengan aturan yang sedang diberlakukan terhadap Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, menyebabkan 17 orang meninggal dunia. Sebanyak 14 orang meninggal di lokasi dan tiga meninggal setelah menjalani perawatan karena terkena awan panas.

Namun dengan kecermatan, potensi korban jiwa bagi warga yang tinggal di kaki Gunung Kelud justru dapat diminimalisir. Ada empat warga yang meninggal, tapi bukan karena dampak langsung dari erupsi Gunung Kelud.

Kini, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara khusus sedang memantau Gunung Papandaya, di Garut, Jawa Barat, yang naik status menjadi Waspada sejak 06 Juni 2013. Gunung ini mengalami peningkatan aktifitas sehari setelah Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur, meletus, Kamis malam, 13 Februari 2014.

Aktifitas kegempaan yang terjadi di kawah gunung terekam seismograf di pos pantau PVMBG Papandayan. Jumat 14 Februari 2014, terekam 65 kali lebih gempa vulkanik dan tektonik yang terjadi dalam perut Gunung Papandayan.


Selain gunung-gunung yang ada di Jawa dan Sumatera, PVMBG juga memantau aktifitas Gunung Rokatenda, yang berada di Pulau Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Gunung Karangentang dan Rokatenda yang berada di Sulawesi Utara.


Dari catatan Badan Geologi Kementerian ESDM, Gunung Rokatenda dengan tinggi 875 mdpl ini aktif dengan tipe strato. Dari catatan sejarah, letusan terakhir terjadi pada tahun 1985 berupa letusan abu setinggi 1000-2000 meter disertai lontaran material sejauh 200-300 meter dari pusat erupsi.


Erupsi pada tahun 1981 disertai oleh terbentuknya kubah lava. Sementara Erupsi Gunung Rokatenda sejak Bulan Oktober 2012 hingga saat ini ditandai oleh tumbuhnya kubah lava disertai guguran-guguran dan awan panas guguran.


Peningkatan kegempaan masih kerap terjadi dengan letusan yang diikuti dengan guguran dan luncuran awan panas. Tinggi asap letusan antara 800-4.000 meter di atas puncak kubah.


Yang paling terbaru, aktivitas letusan Gunung Rokatenda telah terjadi sejak bulan Oktober 2012 dan dinaikan dari Waspada menjadi Siaga. Saat itu terjadi letusan abu setinggi 1500 – 2000 meter di atas puncak disertai awan panas guguran mengarah ke lembah Ojaubi di bagian barat laut.

   

Pada sekitar pukul 12.00 siang, terdapat korban jiwa akibat terkena awan panas di pantai/teluk Punge di mulut lembah sungai yang berhulu di puncak/sekitar kubah lava baru Gunung Rokatenda. Jumlah korban sebanyak lima orang, tiga korban merupakan orang dewasa danb dua korban adalah anak-anak belum ditemukan.

   

Prakiraan volume kubah lava

Volume material kubah lava di Gunung Rokatenda diperkirakan mencapai sekitar 5,1 juta m3 pada 13 Januari 2013. Dari hasil pengamatan langsung di lapangan pada 7 Februari 2013, akibat letusan tanggal 2 Februari 2013 telah membongkar sekitar 25 persen dari kubah lava tersebut di bagian selatan.


Berdasarkan hal tersebut ancaman bahaya di Gunung Rokatenda saat ini, yaitu guguran kubah lava dan aliran awan panas. Lontaran material pijar dan hujan abu lebat.

   

Daerah landaan awan panas saat ini masih berada di lembah-lembah sungai di bagian selatan, barat daya, dan barat laut. Namun jika kubah lava terus tumbuh dan energi letusan semakin kuat maka guguran lava dan luncuran awan panas dapat berpotensi meluas ke arah barat, barat laut dan tenggara.


Daerah-daerah yang berpotensi terlanda perluasan guguran lava dan awan panas adalah Desa Nitunglea, Desa Rokirole, dan Tuanggeo. Jarak luncur awan panas dapat mencapai jarak lebih dari 3 km.

   

Lontaran material berukuran lebih dari 6 cm ditemukan hingga jarak 3 km dari kubah lava mengindikasikan aktivitas erupsi Gunung Rokatenda semakin meningkat. Daerah-daerah yang berpotensi terlanda lontaran material (pijar) saat ini adalah Desa Nitunglea, Desa Rokirole, Desa Tuanggeo, Dusun Ona, Dusun Wolondopo. Radius lontaran material (pijar) dapat mencapai jarak sekitar 3 km.

   

Hujan abu (lebat) bergantung kepada arah dan kecepatan angin. Semua daerah di Pulau Palue telah terlanda hujan abu. Daerah yang berada dekat dengan kubah lava dan berpotensi terlanda hujan abu lebat adalah Desa Nitunglea (Dusun Awa, Dusun Ugo, Dusun Oka Cere), Desa Rokirole (Dusun Poa, Dusun Cawalu), dan Desa Tuanggeo (Dusun Lei, Dusun Nara), Desa Kesokoja (Dusun Wolondopo), dan Kampung Ona.


Hingga kini, pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan Gunung Rokatenda. Pemahaman aktivitasnya tetap dilakukan secara intensif melalui kegiatan sosialisasi tentang ancaman bahaya letusan Gunung Rokatenda.


Masyarakat dan wisatawan dilarang untuk tidak mendekati dan melakukan aktivitas di sekitar lembah-lembah/sungai yang berhulu dari sekitar kubah lava baru untuk menghindari ancaman awan panas guguran dan banjir lahar akibat hujan di bagian puncak.

   

Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Rokatenda atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam memberikan informasi tentang kegiatan Gunung Rokatenda.

   

Kasubdit Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api wilayah timur, Kristianto menambahkan, hingga Senin siang, 17 Februari 2014, aktifitas gempa yang menyebabkan guguran masih terjadi dan terpantau dari pos pengamatan. Sejak 2012, terjadi pertumbuhan kubah di puncak Gunung Rokatenda.


"Memang kalau kita lihat, ada pertumbuhan kubah. Meski tidak terlalu signifikan, tapi ini yang terus kita amati dan harus tetap pada status Siaga," katanya kepada
VIVAnews
.


Ditambahkan Kristianto, kegempaan vulkanik dangkal dipantau setiap 6 jam. Senin pagi, terjadi dua kali gempa dangkal dan satu kali gempa hembusan. Ada juga lontaran material sejauh 3 km.


"Ada awan panas sejak 2012. 2013 kita lihat intens, memang ada pertumbuhan kubah, yang tadi mengarah ke selatan, sekarang mengarah ke barat laut," katanya lagi.


Sementara di Gunung Karangentang, yang berada di  Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Sulawesi Utara, juga masih terjadi gempa vulkanik. Terpantau juga adanya guguran material.


"Aktifitas masih tinggi dan belum diturunkan dari Siaga," katanya.


Hal yang sama juga terjadi di Gunung Lokon, yang berada dekat dengan Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Gunung dengan ketinggian 1.580 mdpl ini juga masih terjadi gempa vulkanik dan statusnya tetap Siaga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya