Derita Bayi "Dua Wajah," Terusir dari Rumah Sakit

Bayi berwajah dua
Sumber :
  • Aceng Mukaram/ VIVAnews
VIVAnews – Buasin datang bersama istri tercintanya membawa anak mereka yang masih bayi. Mereka rela datang jauh dari wilayah terpencil di sebuah Dusun Baru Lestari, RT 008, Desa Satai Lestari, Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Sebuah wilayah terisolir, jauh dari pusat keramaian ibukota Kalbar.
Freeport Boss Meets Jokowi to Discuss Mining Contract Extension

Tujuan Buasin datang ke Pontianak bukan tidak beralasan. Anaknya yang kedua, Muhammad Nafi, mengalami penyakit tumor wajah yang menggerogoti wajah bayinya.
Hadiri Buka Puasa Partai Golkar, Prabowo-Gibran Duduk Semeja dengan Airlangga

Buasin bercerita terkait kisah perjuangan untuk anak kesayangan itu. Betapa deritanya dan gigihnya perjuangan yang harus dialami pasangan suami istri, Buasin (32) dan Mailani (22) ini. Untuk mengobati penyakit tumor wajah yang menggerogoti wajah bayinya, Muhammad Napi yang kedua pasutri tak pernah mengenal lelah. Walaupun cobaan bertubi-tubi menghampiri keluraga tak berada ini.
Jumat Agung, Presiden Jokowi Ajak Resapi Makna Pengorbanan Yesus Kristus

Dari kondisi anaknya yang sakit, hingga buruknya pelayanan rumah sakit terhadap pasien dari keluarga miskin ini. Muhammad Nafi lahir dengan wajah tak normal 10 hari yang lalu.

Akibat tumor ini, bayi laki-laki ini seolah memiliki dua wajah. Kenyataan pahit yang harus diterima kedua orangtuanya dengan ikhlas.

Perasaan campur aduk menghinggapi benak pikiran dan perasaan kedua insan ini. Selain harus memikirkan biaya operasi, keluarga tak mampu ini juga harus memikirkan biaya hidup sehari-hari selama berada di rumah sakit. Pekerjaan Buasin, ayah bayi ini yang hanya petani tradisional dengan penghasilan tak menentu, tentu tak cukup menanggung biaya operasi Muhammad Nafi.

Bahkan Buasin sempat pasrah dengan keadaan anaknya dan tak bersedia membawa anaknya ke rumah sakit akibat ketiadaan biaya. Rasa empati yang mengalir dari para sejumlah untuk membantu biaya operasi bagi Muhammad Nafi, terus mengalir. Namun empati dari para donator ini nyatanya berbanding terbalik dengan pelayanan rumah sakit dimana bayi ini dirawat.

Para perawat di Rumah Sakit umum dr Soedarso Pontianak yang menerima bayi ini dari rujukan Rumah Sakit Agoes Djam Kabupaten Ketapang, sama sekali tak menunjukan sikap ramah seusai dengan slogan semangat Bakti Husada yang senantiasa terpampang di seragam putih mereka.

Belum genap sehari di rawat di ruang Perinatologi, Rumah Sakit dr Soedarso Pontianak, bayi Muhammad Nafi terpaksa "terusir" dari rumah sakit milik pemerintah Provinsi Kalimantan Barat ini.

“Saya dipingpong kesana kemari untuk mengurus kartu Badan Penyelenggaran Jaminan sosial (BPJS) Kesehatan, padahal saya datang kemari bersama perawat. Dan perawat telah mengurus semua administrasi ini dari Ketapang, saya benar-benar tidak tahan. Dan saya ingin hari ini anak saya keluar dari rumah sakit ini,” tutur Buasin penuh dengan perasaaan kecewa.

Bahkan Buasin mengaku kerap dimarahi  perawat. Tak hanya itu, Buasin dan istrinya yang  ingin mendampingi bayinya, malah diminta keluar ruangan.

“Bagaimana saya mau mengurus obat bagi bayi saya, jika saya dan istri dilarang masuk begini,” keluhnya yang saat berada di luar pagar ruang perawatan.

Direktur Rumah Sakit dr Soedarso Pontianak, dr Gede Sanjaya, tak menampik permasalahan tersebut. Menurut dia, sesuai aturan, kunjungan besuk pasien telah diatur. Namun untuk keluarga yang pasiennya dirawat di ruang khusus, memang diwajibkan berada di luar untuk kepentingan perawatan dan keselamatan pasien dalam masa perawatan.

“Bayi itu dipaksa keluar dari rumah sakit ini karena keinginan kedua orangtuanya,” katanya.

Tidak Mendesak

Dokter bedah anak Rumah Sakit dr. Soedarso Pontianak, dr Hermanto mengatakan, operasi bayi Muhammad Napi bukanlah kebutuhan mendesak, apalagi mengingat bayi ini masih berusia 10 hari sehingga terlalu beresiko apabila dilakukan operasi segera.

“Kondisi bayi stabil, dan semua fungsi organnya berfungsi baik, hanya saja di bagian wajah terserang tumor ganas yang menyebabkan terjadinya pembengkakan yang cepat,” jelas Hermanto.

Tumor wajah ini, jelas Hermanto menyebabkan tulang tengkorak bayi di sisi kanan tidak terbentuk yang menyebabkan otak bayi sedikit keluar, begitu juga mata kanan bayi yang tertutup akibat pembengkakan.

“Inilah yang menyebabkan bayi ini seolah memiliki dua wajah, namun operasi baru dapat dilakukan saat bayi berusia 3 bulan,” katanya.

Penyakit tumor wajah yang menyerang di masa dalam kandungan seperti Muhammad Napi jarang terjadi. Penyebabnya bisa disebabkan faktor genetik, dan faktor lingkungan. Factor lingkungan ini seperti ibunya yang mengkonsumsi obat keras saat masa kandungan.

“Untuk pemeriksaan lanjutan dibutuhkan CT Scan, untuk mengetahui penyakit ini, dengan melibatkan dokter bedah syaraf,” jelasnya.

Sejak ‘terusir’ dari rumah Sakit dr Soedarso Pontianak, bayi ‘berwajah dua’ ini kini menjalani perawatan di Rumah Sakit swasta Santo Antonius Pontianak. Namun keluarga berencana akan membawa bayi ini ke Jakarta apabila rumah sakit di Pontianak tidak mampu melakukan operasi.  (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya